BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Selasa, 03 Mei 2011

Inilah Prediksi Analis untuk Sektor Telekomunikasi

INILAH.COM, Jakarta – Saham telekomunikasi baru saja merilis laporan keuangan kuartal pertamanya, dengan mencatatkan pertumbuhan positif. Bagaimana prediksi analis tentang pergerakan saham sektor konsumsi ini?
Pengamat pasar modal Irwan Ariston mengatakan, saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) paling berpeluang menguat dalam jangka pendek, bahkan menyentuh lagi harga tertingginya. “Investor bisa akumulasi beli dengan target harga dapat menyentuh Rp9.200,”ujarnya kepada INILAH.COM.
Menurutnya, indikator grafik TLKM masih bullish. Selain itu, penetrasi broadband yang masih rendah di Indonesia, membuat jaringan perseroan paling siap untuk ekspansi broadband, bisa menguasai pangsa pasar broadband dan mudah melakukan pricing, “Ini semua berkat kuatnya infrastruktur jaringan broadband yang sudah dibangun TLKM,” katanya.
Seperti diketahui, TLKM membukukan laba bersih Rp2,82 triliun sampai akhir Maret 2011. Kenaikan laba tersebut adalah yang terkecil, yakni 1,5% dibandingkan kuartal pertama tahun lalu yang mencapai Rp2,78 triliun.
Manajemen menuturkan, tipisnya kenaikan laba bersih merupakan hal wajar, karena secara operasional periode kuartal pertama selalu lebih kecil pertumbuhannya dibandingkan tiga kuartal lainnya. Selain itu, pendapatan jasa telepon tetap kabel terus menunjukkan penurunan sekitar 8%, dan pendapatan seluler (Telkomsel) yang menjadi andalan kontributor pendapatan hanya tumbuh 4%.
Adapun pendapatan usahanya mencapai Rp16,70 triliun atau naik 2,1% YoY, didukung kenaikan pendapatan data, internet, dan jasa teknologi informatika sebesar Rp688 miliar atau 14,4% serta kenaikan pendapatan seluler sebesar Rp64 miliar atau 0,9%. Hal ini diimbangi dengan penurunan pendapatan interkoneksi sebesar Rp205 miliar atau 19,5% dan pendapatan telepon tetap sebesar Rp378 miliar atau 11,4%.
Yuganur Wijanarko dari Senior Research HD Capital mengatakan, laba kuartal pertama TLKM yang naik tipis sebenarnya merupakan prestasi yang patut dihargai, setelah sebelumnya turun beberapa kuartal silam. Hal ini menandakan bahwa kinerja TLKM membaik. Ia pun merekomendasi akumulasi untuk skenario menguji level tertinggi sebelumnya di Rp7.850. “TLKM bisa menguat dengan target harga mencapai Rp7.900,”ujarnya.
Sedangkan Kepala Riset PT MNC Securities Edwin Sebayang menilai membaiknya kinerja kuartal pertama TLKM mengindikasikan sinyal positif terhadap kinerja perseroan hingga akhir tahun ini. Meskipun ketatnya persaingan mengharuskan TLKM mencari lini usaha baru yang sesuai bisnis utama perseroan.”Hal ini tentu untuk meningkatkan pendapatan perseroan,”katanya.
Sementara itu, pengamat pasar modal dari Credit Suisse menilai, rencana TLKM mengakuisisi 51% saham CamGSM dari Royal Group tidak banyak menaikkan nilai TLKM, karena model akuisisi seperti ini di industri Telekomunikasi Asia dalam 5 tahun terakhir justru malah menurunkan nilai saham. “Aksi buyback saham TLKM oleh manajemen akan meningkatkan kekuatan neraca keuangan TLKM,” ujarnya.
Sedangkan untuk PT Indosat Tbk (ISAT), Credit Suisse menilai sudah overweight. Meskipun dengan perhitungan di harga ISAT saat ini, masih ada upside untuk ISAT ke level Rp7900, target harga berdasarkan perhitungan discounted cashflow. Credit Suisse memperkirakan akan ada peningkatan revenue ISAT sepanjang semester 1 2011.” PER ISAT akan turun ke 13,8 kali seiring meningkatnya revenue dan laba perseroan,” ucapnya.
Perusahaan telekomunikasi ISAT mencetak laba bersih Rp453,9 miliar sepanjang periode Januari-Maret 2011. Angka ini naik 63% dibandingkan periode yang sama 2010 sebesar Rp278 miliar. Naiknya laba bersih ditopang meningkatnya laba atas selisih kurs dan turunnya jumlah beban pendanaan, meski terjadi peningkatan dalam beban penyusutan dan amortisasi.
Pendapatan usaha ISAT tercatat Rp4,88 triliun, naik 3,0% YoY. Layanan Selular, Data Tetap, dan Telepon Tetap Indosat masing-masing memberikan kontribusi sebesar 81%, 12% dan 7% terhadap pendapatan usaha konsolidasi.
Sektor telekomunikasi yang termasuk dalam sektor konsumsi, sangat terpengaruh oleh naiknya pola belanja konsumen. Apalagi penetrasi di unit bisnis broadband/internet/komunikasi data belum tinggi. Masa depan industri telekomunikasi yang masih menjanjikan pertumbuhan adalah di bisnis broadband. Sementara bisnis sellularnya mulai jenuh.
Adapun XL Axiata (EXCL) membukukan laba bersih Rp 756 miliar pada kuartal pertama 2011 atau naik 26% YoY. Pendapatan usaha naik sebesar 9% menjadi Rp 4,5 triliun. Sepanjang tiga bulan pertama 2011 ini, jumlah pelanggan XL meningkat 21% menjadi 39,3 juta pelanggan dari 32,6 juta pelanggan pada periode yang sama tahun lalu.
Billy Budiman dari Batavia Prosperindo mengatakan, EXCL merupakan salah satu emiten terbaik di sektor telekomunikasi, sehingga tak heran kalau laba bersihnya bisa naik 26%,”Pencapaian ini sudah sesuai ekspektasi,”tutupnya. [mdr]

Tidak ada komentar: