BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 11 Mei 2011

Laporan dari Brussel : Pakar: Jalur Vital Selat Malaka Aman Berkat Indonesia

Eddi Santosa - detikNews

Brussel - Indonesia telah berhasil menciptakan dan memelihara keamanan laut di kawasan Selat Malaka yang menjadi jalur vital lalu lintas perdagangan global.

Demikian hasil kesimpulan Experts’ Roundtable Debate on Maritime Security di Brussel, Belgia, seperti disampaikan Sekretaris III Fungsi Pensosbud KBRI Brussel Punjul Setya Nugraha kepada detikcom, Rabu (11/5/2011).

Pertemuan para pakar yang diselenggarakann oleh KBRI Brussel dan sebuah think tank terkemuka di Belgia, Egmont Institute, itu menghadirkan Prof. Dr. Hasyim Djalal sebagai pembicara utama.

Prof. Djalal, negosiator Indonesia pada pembahasan United Nations Convention on the Law of the Sea (Konvensi PBB mengenai Hukum Laut) 1982, menekankan bahwa peran Indonesia dalam melakukan pengamanan Selat Malaka baik secara nasional maupun melalui kerjasama bilateral dan regional telah mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak di dunia.

“Pemajuan keselamatan navigasi laut di kawasan Asia Tenggara adalah hal yang perlu terus dikembangkan berdasar atas kepentingan bersama. Indonesia dan para mitra memiliki kepentingan yang sama dalam menjaga keamanan kawasan,” tegas pakar hukum laut Indonesia yang kini menjabat sebagai Staf Ahli Kepala Staf TNI-AL itu.

Direktur Egmont Institute, Marc Trenteseau mengatakan bahwa Selat Malaka adalah salah satu jalur utama yang dilalui untuk perdagangan antara UE dengan China, Jepang dan Korea. Oleh karena itu Selat Malaka memiliki nilai strategis bagi UE baik dari aspek geostrategis maupun geopolitis.

“Indonesia, bersama dengan Malaysia dan Singapura, telah berhasil melakukan kerjasama dalam menangani masalah keamanan dan keselamatan navigasi di Selat Malaka, termasuk masalah perompakan di laut,” papar Trenteseau, yang pernah menjabat sebagai Dubes Belgia di Jakarta.

“Keberhasilan tersebut dapat menjadi contoh bagi negara lain,” tegas Trenteseau.

Tampil pula dalam kesempatan itu Prof. Robert Beckman, dari National University of Singapore, serta pembicara lain dari European External Action Service (EEAS), kalangan diplomatik dan eksekutif perusahaan multinasional.

Direktur Asia di EEAS James Moran menjelaskan bahwa UE sangat berkeinginan untuk dapat memberikan kontribusi bagi pemeliharaan keamanan laut di wilayah Asia Tenggara.

“Indonesia dan UE telah memiliki Perjanjian Kemitraan dan Kerjasama komprehensif, yang dapat menjadi dasar bagi kerjasama konkret di bidang ini,” ujar James Moran, pejabat UE yang dikenal dekat dengan Indonesia.

Sementara itu Dubes RI di Brussel Arif Havas Oegroseno mengatakan bahwa menjaga keamanan laut merupakan kepentingan semua pihak, utamanya keamanan di perairan yang memegang aspek strategis bagi perdagangan dunia.

“Presiden Dewan UE Herman Van Rompuy pernah mengatakan bahwa menjaga keamanan jalur perdagangan di antara Eropa dan Asia bukan hanya memiliki nilai strategis,” ujar Dubes, mengutip Van Rompuy.

“Keamanan laut antara Eropa dan Asia adalah hal konkrit, keuntungannya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, dan keamanan laut mutlak diperlukan oleh kalangan bisnis,” tandas Dubes.

Atas dasar itu, menurut Dubes, digelar pertemuan para pakar di bidang keamanan maritim ini.

“Ini adalah bagian dari upaya terus menerus kita untuk meningkatkan pemahaman pada para pemangku kepentingan di Eropa mengenai peran strategis Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan di dunia internasional,” pungkasnya.

Selain Selat Malaka, pertemuan para pakar yang telah berlangsung pada 5/5/2011 itu juga membahas perkembangan dan situasi terkini di perairan Somalia dan Teluk Aden, utamanya semakin meningkatnya aksi perompakan dan pembajakan kapal, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.

Dalam diskusi mengemuka bahwa ketidaan keamanan di perairan Somalia telah memunculkan rasa frustasi di kalangan pengusaha, terutama yang melewati perairan tersebut.

 

Tidak ada komentar: