BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 05 Mei 2011

Selain Teknis, Panitia KTT ASEAN Akui Ada Human Problem

 Jpnn
JAKARTA - Gelaran KTT ASEAN ke-18 (18th ASEAN Summit) 2011 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, belum apa-apa sudah menuai keluhan. Hal itu setidaknya muncul dari kalangan media massa, atau wartawan peliput konferensi tingkat tinggi sekawasan regional itu. Di antara masalah utamanya adalah registrasi dan pemberian ID pers bagi para jurnalis tersebut.

Ada beragam masalah yang mencuat dan dikeluhkan. Di antaranya yakni pendaftaran yang ditolak, data yang tidak diterima (divalidasi), nama yang tidak muncul di daftar akhir (setelah clearance), hingga masalah 'kecil' yang paling banyak disebut yaitu ID card yang telat diberikan. "Sudah ditungguin sejak Selasa (3/5) siang, sesuai undangan (e-mail) panitia juga, tapi malah akhirnya baru dapat beberapa menit menjelang pukul 09.00 WIB hari ini," ujar salah seorang wartawan dari media online yang tak mau disebutkan namanya, Kamis (5/5).

Terhadap hal ini, berkali-kali sebelumnya dalam dua hari terakhir, pihak panitia hanya bisa mengucap maaf atas 'ketidaknyamanan' tersebut, serta meminta wartawan menunggu dan terus menunggu. Beberapa penjelasan sempat disampaikan, namun masih belum ada yang memuaskan wartwan. Bahkan tak kurang dari Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kemenkominfo, Freddy H Tulung pun, akhirnya harus 'rela' dikerubungi wartawan yang penasaran dan sedikit kesal.

"Ya, jadi pada dasarnya, memang ada beberapa masalah dalam hal ini. Yang pertama yaitu di sisi teknis, berkaitan dengan tata cara pengisian (registrasi) data-data secara online. Itu software sistemnya memang sangat sensitif, sehingga misalnya dalam pengisian sempat salah (ketik) huruf besar satu saja, itu sistemnya langsung bisa tak bekerja," ujar Freddy mengawali penjelasannya, Kamis (5/5) pagi di Media Center KTT ASEAN.

Namun lebih jauh, Freddy mengaku tak hanya menyalahkan masalah sistem registrasi yang notabene berkaitan dengan kalangan media sendiri (karena memang mengisi sendiri data-data tersebut, Red), tetapi juga adalah kesalahan koordinasi di tingkat panitia. "Itu harus diakui (ada masalah koordinasi juga). Sebab memang, sebagaimana kita ketahui juga, ada banyak instansi yang terlibat di sini, mulai dari Kemenkominfo, Kemlu, hingga Setneg dan Paspampres dalam hal approval atau ID clearance," ungkapnnya.

"Terus terang, kalau saya bilang, untuk soal cetak-mencetak nggak ada masalah. Itu kalau semuanya (urusan clearance) beres dengan cepat, saya bisa jamin, kita juga akan bisa cetak dengan mudah. Dalam enam jam maksimal sudah selesai," tukasnya. Untuk diketahui pula, Kemenkominfo sendiri dalam hal ini disebutkan mengontrak sebuah EO (event organizer) bernama UPR.

Lantas, ketika didesak lebih jauh, Freddy pun akhirnya mengakui ada yang sifatnya human error dalam persoalan tersebut. "Ya, selain itu juga, tentunya, ada faktor manusianya di belakang mesin (sistem IT) itu. Itu harus kita akui juga, dan kami kembali hanya bisa minta maaf dalam hal ini," ujarnya, sembari memastikan bahwa berbagai hal tersebut akan segera menjadi bahan review dan penyempurnaan baginya, terutama untuk KTT ASEAN berikutnya (ke-19) yang bakal digelar akhir tahun ini.

Secara garis besar, Freddy pun lantas menyebut bahwa ada sektar 586 wartawan yang tercatat (teregistrasi) di Media Center KTT ASEAN ke-18, di mana sekitar 180 di antaranya adalah media delegasi (official media) yang ditunjuk resmi oleh perwakilan negara masing-masing. Freddy pun menyampaikan bahwa untuk beberapa bagian, seperti misalnya ASEAN-EU Business Summit hari ini, itu justru di-handle oleh Kementerian Perdagangan dan Kadin, di mana Kemenkominfo sifatnya hanya membantu, yang berarti tak mudah bagi pihaknya untuk mengatasi ketika ada persoalan. (ito/jpnn)

Tidak ada komentar: