Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengingatkan Konektivitas ASEAN harus berdampak kepada masyarakat terutama bagi mereka yang masih kurang mampu sehingga memerlukan kerjasama domestik dan internal yang handal.

"Melalui konektivitas ditingkatkan, yang `pinggiran`, daerah terisolasi akan dihubungkan ke pusat-pusat ekonomi. ASEAN Konektivitas harus berdampak masyarakat kita, terutama mereka yang masih kurang mampu," kata Wapres Bopediono saat berbicara dalam Forum Kepemimpinan ASEAN ke-8, di Jakarta.

Hadir dalam forum itu PM Malaysia Dato Sri Mohamad Nadjib, Senior Menteri Kamboja Cham Prasidh, Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan, serta Ketua Forum Kepemimpinan ASEAN ke-8 Aburizal Bakrie.

Wapres mengatakan, Indonesia kini juga bekerja keras untuk meningkatkan konektivitas domestik kami di kepulauan yang sangat luas melalui pengembangan enam koridor ekonomi.

Dikatakan Boediono, ASEAN juga akan terus memperkuat kerjasama dan mekanisme regional, untuk menjawab tantangan yang muncul dan diantara tantangan ini berhubungan dengan ketahanan pangan dan energi.

Boediono mengingatkan untuk mengingatkan Anda, populasi dunia akan mencapai sembilan miliar pada tahun 2045 sesuai dengan proyeksi PBB baru-baru ini.

"Sementara itu, menurut sensus nasional terakhir penduduk Indonesia sendiri saat ini mencapai 237 juta dengan peningkatan tahunan sebesar 1,49 persen. ASEAN saat ini memiliki jumlah penduduk 590 juta," kata Wapres.

Menanggapi situasi ini, kata Wapres, ASEAN sepakat pada sejumlah kerjasama bertujuan untuk memastikan bahwa masyarakat telah mengamankan akses terhadap pangan dan energi.

Ditambahkan Wapres, pada 2009 ASEAN mengadopsi "ASEAN Integrated Food Security Framework", dan Rencana Strategis Aksi Ketahanan Pangan di Wilayah ASEAN sebagai rencana kerja rinci.

"Diingatkan komitmen ini penting, para pemimpin ASEAN dalam KTT mereka hanya menyimpulkan telah sepakat antara lain memprioritaskan penelitian dan pengembangan, dan juga memperbarui panggilan mereka pada meningkatkan investasi di sektor makanan," kata Boediono.

Ditambahkan Boediono, ASEAN cukup menonjol dalam penelitian pertanian dan memiliki Institut Penelitian Beras Internasional di Filipina, disamping lembaga penelitian makanan yang bisa ditemukan di setiap negara anggota ASEAN.

"Dengan jaringan lembaga penelitian yang handal saya melihat alasan mengapa ASEAN tidak harus merasa percaya diri dalam usahanya untuk menjamin keamanan pangan untuk wilayah mereka sendiri, dan bahkan untuk membuat kontribusi yang signifikan terhadap keamanan pangan global," kata Wapres.

Sektor energi, kata Wapres, juga menjadi perhatian penting dan pemimpin kami telah membuat janji untuk meningkatkan akses listrik untuk semua bangsa ASEAN sementara pada saat yang sama mengurangi ketergantungan wilayah kami pada minyak dan bahan bakar fosil lainnya.

Dalam kerangka ini, kata Wapres, satu-satunya pilihan untuk ASEAN adalah untuk meningkatkan upaya dalam menemukan sumber baru dan energi terbarukan.

ASEAN telah mengintegrasikan upaya untuk menjaga keamanan energi melalui penerapan Rencana Aksi ASEAN pada Kerja Sama Energi.

"Indonesia juga bergerak maju dengan komitmen untuk menghasilkan minimal 17 persen kebutuhan energi dari bahan bakar non-fosil pada tahun 2025," kata Wapres.(*)
A025/S006