Cirebon (ANTARA News) - Kemacetan di Pasar Gebang, Cirebon, Jawa Barat akibat pasar tradisional yang tumpah ke jalan di jalur Pantura telah bisa diatasi dengan dibangunnya jembatan layang dan perbaikan dua jembatan lain di sebelahnya.

Dirjen Bina Marga Kementrian PU Djoko Djoko Murjanto di sela kunjungan ke jalur Pantura, di Cirebon, Kamis, menegaskan, jembatan layang dibangun sepanjang 382 meter dengan dana Rp108 miliar itu melewati sungai Ciberet dari pinjaman Jepang sudah selesai dan bisa dinikmati warga tanpa harus membayar.

"Kita juga menaikkan dua jembatan yang menjadi sasaran lewat pemudik saat Idul Fitri di bawah `fly over` yang baru dibangun serta satu unit lagi disamping kanannya setinggi satu setengah meter sehingga perahu nelayan tidak perlu lagi menurunkan tiang layar untuk lewat seperti selama ini," ujarnya.

Dengan adanya enam lajur jembatan layang dan dua jembatan biasa lalulintas di jalur Pantura Cirebon tersebut menjadi enam arah dan daya tampung kendaraan per hari melebihi 20 ribu.

Sebelumnya, pemerintah dalam mengatasi kemacetan parah terutama saat arus mudik lebaran Idul Fitri telah memindahkan pasar tersebut ke lokasi baru yang berjarak sekitar dua kilometer dari lokasi lama namun pedagang membandel dengan tidak menempati pasar tersebut hingga solusi itu tidak membuahkan hasil.

Jalan layang dan peninggian dua jembatan itu menurut Djoko yang didampingi Dirjen Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan Suroyo Alimoeso dan pejabat kedua departemen itu segera akan diresmikan dan sekarang sudah difungsikan.

"Pada awal Agustus 2011 jembatan yang dinaikkan itu diharapkan sudah selesai sehingga saat arus mudik tidak ada lagi kemacetan di titik itu," tegasnya.

Dalam safari yang dilakukan di jalur Pantura, Dirjen juga melihat pengerjaan dua ruas jalur jalan yang tengah diperbaiki yaitu di Cikalongsari seluas 1,3 Km, dan Arjawinangun sepanjang enam kilometer keduanya di Kecamatan Ciasem.

Kedua ruas jalan itu telah dikerjakan sejak Mei 2011 dengan kontrak hingga Oktober 2011. "Kita lakukan pelebaran dari sebelas meter menjadi empat belas meter untuk empat jalur plus bahu jalan itu kini hanya bisa dilewati dua jalur saja sementara jalur lain ditutup selama masa perbaikan," ujarnya.

Pelaksanaan pekerjaan perbaikan tersebut menggunakan sistim daur ulang aspal untuk lapisan dasar yang sesui dengan kontur tanah tidak datar, selanjutnya ditutup dengan aspal pada bagian atasnya.

Setelah pengerjaan sampai tahap itu jalur dibuka untuk menampung luberan kendaraan selama Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri dan usai perayaan keagamaan Umat Islam tersebut pengerjaan jalan kembali dilanjutkan untuk pekerjaan akhir.

"Tolong ya nanti jangan sampai ada kesan jalan hanya baik sampai lebaran dan kemudian dikerjakan lagi. Paketnya hanya satu dan kita melakukan itu karena jalan diperlukan untuk mendukung mobilitas lebaran," ujarnya.

Ia menegaskan untuk wilayah Subang tidak ada lagi ruas jalan yang diperbaiki namun karena kondisi jalan yang terus menerus digunakan dan telah berusia tua maka bisa saja dalam beberapa waktu ke depan ada lagi kerusakan.

Untuk dua ruas jalan yang diperbaiki tersebut usianya telah cukup tua yaitu mencapai 20 tahun dengan lalu lintas kendaraan harian mencapai 20 ribu perhari.

Dari sisi jumlah yang demikian padat, menurut Dirjen ruas jalan di Subang tersebut termasuk yang paling ramai dilewati termasuk bila dibandingkan dengan kota-kota lain di dunia.

Untuk meningkatkan ketahanan jalan, pihaknya juga akan membuat bahu jalan yang nantinya dikerjakan terpisah setelah perbaikannya selesai.

Bahu jalan hanya dikhususkan untuk menampung luberan air dari badan jalan dan air dari permukiman diusahakan agar tidak sampai ikut membaur.

Joko menyatakan perbaikan jalan di jalur pantai utara pulau Jawa selama 2011 menggunakan dana sebesar Rp3 Triliun dengan panjang jalan yang diperbaiki seluas 138 Km. (M027/E008/K004)