"Kita perlu meredam gerakan pragmatisme yang halalkan segala cara untuk mencapai tujuan."
VIVAnews - Sikap Siami yang tak gentar memperjuangkan kejujuran bagai oase di tengah kondisi negara ini yang korup akut. Meski, ini harus dibayarnya mahal. Ia dan keluarga dihujat, dicaci, bahkan diusir dari kampung dan rumahnya sendiri.
Kisah Siami, ibu penjahit gorden dari Kelurahan Gadel, Surabaya menjadi inspirasi. Pagi ini, pukul 10.00 WIB sejumlah aktivis akan memberikan apresiasi dan dukungan di Aula Mahkamah Konstitusi. Sementara, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) berniat memberikan gelar 'ibu kejujuran' bagi mantan buruh pabrik sepatu itu.
Menanggapi rencana itu, Politisi PDI Perjuangan, Arif Budimanta mengemukakan inisiatif MPR itu perlu didukung. Sebab, ini adalah sebuah gerakan moral yang bagus.
"Karena kita perlu meredam gerakan pragmatisme yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Termasuk dengan cara-cara yang tidak jujur dan manipulatif," ujarnya saat berbincang dengan VIVAnews.com, di Jakarta, Kamis 16 Juni 2011.
Arif mengatakan, insiden pengusiran Siami dan keluarganya oleh warga setempat menunjukkan kondisi republik ini sudah kebalik-balik. "Kehilangan norma dan etika sosial dalam memandang masa depan generasi yang akan datang," terangnya.
Oleh karenanya, anggota Komisi XI DPR RI ini menuturkan tindakan yang disampaikan Siami itu mampu menjadi pemantik dan penerang bagi bangunan karakter bangsa.
"Kemajuan peradaban ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmu pengetahuan tanpa kejujuran yang akan muncul adalah kemunduran. Pembangunan ekonomi tanpa kejujuran akan memunculkan ketidakadilan," ujarnya.
Siami adalah 'peniup peluit' kasus dugaan contek massal di SDN Gadel II/577 Tandes, Surabaya. Baca selangkapnya di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar