Bengkulu (ANTARA News) - PT Pelabuhan Indonesia mengkhawatirkan kolam pelabuhan Pulau Baai Bengkulu jebol akibat abrasi karena tanggul alam yang mengelilingi kawasan sudah habis.

Padahal beberapa tahun lalu tanggul alam yang ditumbuhi hutan cemara laut mengelilingi kolam pelabuhan itu dengan lebar mencapai 500 meter, namun kini tinggal 20 meter, kata Senior Manager pengerukan alur dan Pemeliharaan pelabuhan PT Pelindo Pusat Mulyadi, Minggu.

Ia melihat langsung saat berkunjung ke Bengkulu melihat kawasan alur pelabuhan Pulau Baai Bengkulu yang akan dikeruk, Jumat (10/6) kawasan hutan disekitar pelabuhan sebagian besar habis dikeruk abrasi.

Tingginya kikisan abrasi itu akibat pendangkalan alur pelabuhan Pulau Baai Bengkulu makin kritis dan tidak dikeruk selama dua tahun terakhir ini, sehingga kikisan laut menghantam kawasan hutan cemara tersebut.

Untuk memperkecil meluasnya abrasi laut itu, pasir hasil kerukan alur itu akan di buang ke lokasi abrasi tersebut, disamping mengusulkan penanganan teknis lainnya agar kawasan pelabuhan tidak jebol.

Pembangunan penanganan abrasi itu bisa saja kerja sama dengan administrasi pelabuhan (Adpel) setempat karena sama-sama berwenang mengamankan dan memperbaiki kawasan pelabuhan tersebut, ujarnya.

Sebaiknya perbaikan kawasan pelabuhan tersebut didukung sepenuhnya oleh Pemprov Bengkulu agar pendapatan sektor pelabuhan ke kas daerah ini bisa meningkat, namun mesti Pemprov Bengkulu ikut mengelola pelabuhan tersebut, tandasnya.

Kepala Adminsitrasi Pelabuhan (Adpel) Bengkulu Pieter HB Fina mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan pembangunan pengamanan kawasan pelabuhan Pulau Baai Bengkulu tersebut, namun belum mendapat dukung penuh dari pemerintah daerah.

"Hutan pembatas pengamanan kolam pelabuhan pulau Baai Bengkulu tinggal 20 meter lagi dari sebelumnya mencapai 500 meter dari permukaan laut," kata Pieter Fina.

Pengamanan kawasan hutan pembatas kolam pelabuah dengan laut sekitar satu kilometer membutuhkan dana sebesar Rp50 miliar karena kondisnya sekarang cukup kritis.

"Bila hutan pembatas itu habis digerus abrasi, maka kolam pelabuhan akan masuk air laut secara bebas dan seluruh kawasan pelabuhan terancam dangkal. Kalau kolam pelabuhan itu sudah dangkal maka Provinsi Bengkulu akan kehilangan pelabuhan laut yang cukup potensi karena keberadaan kolam itu terbetuk secara alami," katanya.

Pelabuhan di daerah lain biasanya membuat kolam sendiri dengan dana cukup besar, sedangkan di Bengkulu sudah tersedia kolam yang dibentuk secara alami dan tinggal memelihara saja.

Ia mengatakan, "Kikisan abrasi pada hutan pembatas kolam pelabuhan itu adalah dampak pendangkalan alur masuk karena alur itu sudah tidak dikeruk sekitar tiga tahun terakhir."

Untuk memulihkan kawasan hutan abrasi itu tahap pertama dilakukan penimbunan jutaan meter kubik pasir dan penanaman kembali pohon cemara dan pohon bakau.

Abrasi laut itu persis menghantam dermaga tambat Pertamina di kawasan pelabuhan Pulau Baai Bengkulu, bila kawasan itu sudah jebol akan mengancam segala kegiatan yang ada di kolam pelabuhan tersebut, ujarnya.

Anggota DPRD Provinsi Bengkulu H Basri Muhammad menilai, penanganan kawasan pelabuhan pulau Baai itu sudah terlambat, sehingga akan menelan dana yang cukup besar.

Sebelumnya pemerintah Provinsi Bengkulu bertindak tegas dalam pengamanan kawasan pelabuhan tersebut karena satu-satunya pintu gerbang ekonomi Bengkulu hanya pelabuhan tersebut.

Ia mencontohkan, maslah pengerukan alur pelabuhan saja sudah hampir tiga tahun tidak tuntas dan perusahaan yang mengerjakan pengerukan itu setiap tahun diperpanjang kontraknya tapi tetap juga tidak selesai.

"Ke depannya bila pengerukan alur itu sudah ditangani Pelindo mudah-mudahan segala kegiatan ekonomi di kawasan itu akan kembali lancar," katanya.