Batusangkar  (ANTARA News) - Asisten II Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, Muzwar M mengatakan penelitian dan praktik kerja lapangan mahasiswa ekowisata Institut Pertanian Bogor telah
meletakkan dasar bagi perencanaan pembangunan kepariwisataan di daerah itu.

"Bagaimanapun juga kerja keras adik-adik mahasiswa ekowisata IPB melalui penelitian selama empat bulan terakhir, telah meletakkan nilai dasar untuk membangkitkan pembangunan kepariwisataan di Tanah Datar,"
katanya mewakili bupati pada seminar hasil penelitian mahasiswa IPB bertema `Perencanaan Nagari Wisata` di kantor Bupati Tanah Datar, Batusangkar, Selasa.

Pada 2011 sebanyak 10 mahasiswa telah menyelesaikan penelitian dan praktik kerja lapangan selama empat bulan di berbagai "nagari" (desa), yakni delapan di Kabupaten Tanah Datar dan dua di Kota Sawahlunto.

Mereka adalah Sri Wulandari di Nagari Tabek Patah, Kecamatan Salimpaung, Novianty Nurul Fauziah di Nagari Padang Magek, Kecamatan Rambatan, Emma Ardiningsih di Nagari Padang Gantiang, Kecamatan
Padang Gantiang, Karina Basha di Nagari Sumanik, Kecamatan Salimpaung, Pratiwi Suryani di Nagari Sungayang Kecamatan Sungayang.

Kemudian Vivienci Istiqomah di Nagari Andaleh Baruah Bukik Kecamatan Sungayang, M Ridho di Nagari Aie Angek Kecamatan X Koto, Abdul Karim di Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto, Anggun Pertiwi di Kelurahan Silungkuang Kota Sawahlunto, dan Ullya Ratna di Kota Sawahlunto.

Muzwar M menyatakan, dengan kegiatan tersebut diharapkan kegiatan semacam itu, yang dikoordinasikan dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga daerah itu akan terus dilakukan, sehingga berbagai potensi wisata berbasis "nagari" dapat dikembangkan lebih baik.

Ahli ekowisata IPB Dr Ir Ricky Avenzora, M.Sc dalam seminar itu mengatakan pembangunan kepariwisataan membutuhkan pendekatan kolaboratif antarpemangku kepentingan dengan pola "bottom up".

Menurut dia, hanya sekadar mengandalkan objek wisata peninggalan yang ada, tanpa dikembangkan dengan pola berlandaskan pengembangan wilayah yang integratif, maka pembangunan pariwisata akan mengalami kendala.

Sementara itu, Ketua Program Keahlian Ekowisata IPB Ir Tutut Sunarminto, M.Si menambahkan bahwa potensi pariwisata di Kabupaten Tanah Datar membutuhkan promosi yang sifatnya sederhana yakni berupa informasi yang dibutuhkan wisatawan "wisatawan itu hanya perlu apa yang akan ia lihat, makanan khas setempat, dan di mana tempat menginap," katanya.

Dengan faktor tersebut, katanya, maka wisatawan bisa tinggal dalam waktu cukup lama, karena Sumbar atau Tanah Datar mempunyai potensi bidang ekowisata dengan keanekaragaman budaya, sumberdaya hayati, dan keeksotisan alam yang indah, kekayaan kulinernya.

Beberapa "wali nagari" (kepala desa), yang menjadi tempat lokasi penelitian dan praktik kerja mahasiswa ekowisata IPB menyatakan bahwa kegiatan tersebut sangat membantu menemukan potensi ekowisata masing-masing "nagari", sehingga mengharapkan program itu terus ditingkatkan dan dilanjutkan.

Tutut Sunarminto menambahkan, pada tahun 2011 pihaknya kembali menjadikan Tanah Datar sebagai perhatian mahasiswa ekowisata IPB untuk dijadikan sebagai pusat penelitian mereka.

"Sebanyak 10 orang mahasiswa ekowisata IPB saat ini sedang dalam penyelesaian penelitian dan praktik kerja lapangan mereka di Kabupaten Tanah Datar," katanya.

Ia menjelaskan bahwa jumlah mahasiswa ekowisata IPB yang melakukan penelitian dan praktik kerja lapang di Tanah Datar tahun ini meningkat 100 persen dari jumlah tahun 2010, yang hanya lima mahasiswa.