BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 09 Juni 2011

Prof. Dadang Hawari: Agama Sumber Kesehatan Jiwa Raga

Eddi Santosa - detikNews


Athena - Konsep agama telah diadopsi oleh psikiater untuk mengobati para pasien yang mengalami gangguan kejiwaan melalui konsep BPSS (Biology, Psychology, Social and Spiritual).

Hal itu disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Dadang Hawari (71) dalam acara silaturahmi dengan warga masyarakat Indonesia di kediaman Dubes RI Wisma Duta, Athena (7/6/2011).

Kedatangan profesor kelahiran Pekalongan itu dalam rangkaian perjalanan untuk menghadiri World Psychiatric Association International Congress di Turki (9- 12/6/2011), demikian seperti disampaikan Sekretaris I Jani Sasanti kepada detikcom.

Di hadapan Dubes RI Ahmad Rusdi, Ny. Anita Rusdi, para diplomat, anggota Dharma Wanita Persatuan KBRI Athena dan masyarakat Indonesia, Prof. Dadang menjelaskan bahwa integrasi BPPS tersebut telah disampaikan dalam berbagai konferensi internasional di bidang ilmu kedokteran jiwa (psichiatry) dan kesehatan jiwa (mental health).

Konsep agama dalam dunia psikiatri internasional telah menjadi bagian integral sejak 1993. Untuk itu dalam menganalisa seorang pasien juga harus diteliti dari sisi agamanya dan dalam prakteknya selama ini hal tersebut sangat membantu kesembuhan pasien-pasiennya.

Semua agama, telah secara jelas menyiratkan perintah dan larangan bagi pengikutnya dan merupakan petunjuk hidup yang harus dijalankan secara benar. Dalam lingkup agama Islam, maka Rukun Islam dan Rukun Iman merupakan pedoman hidup dalam berumah tangga dan bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Lanjut Guru Besar Tetap FKUI itu, dengan menjalankan Rukun Islam dan Rukun Iman, maka seorang muslim mampu mengendalikan diri dan dapat tercegah dari segala perbuatan keji dan munkar.

"Saat ini perbuatan keji dan munkar tengah melanda masyarakat dunia termasuk sebagian besar masyarakat Indonesia dalam bentuk Mo-Limo (5M)," terang Prof. Dadang.

Pertama, madat alias narkotika yang masih mengakar di masyarakat. Kedua, minuman keras, yang dapat merusak jiwa dan raga manusia, sehingga dapat berbuat semaunya. Ketiga, main judi sehingga dapat membawa kerugian moril maupun materiil bagi bangsa.

Keempat maling, termasuk korupsi, yang belum dapat diberantas secara tuntas oleh pemerintah, dan Kelima madon atau main perempuan, prostitusi, pelacuran, dan penyimpangan seksual lainnya yang akhir-akhir terus terjadi baik pada kalangan pelajar, kaum muda dan yang sudah berkeluarga.

Dikatakan bahwa orang yang meyakini enam rukun iman tersebut dapat terpelihara jiwanya dari kelima penyakit tersebut, sehingga besar harapan dapat menghasilkan generasi bangsa Indonesia yang lebih baik, bermartabat dan terhormat baik di lingkungannya maupun dalam berkehidupan internasional.

Prof. Dadang mengajak masyarakat Indonesia di Yunani terus menekuni ajaran dan aturan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

"Kepada warga yang beragama Islam agar benar-benar mempelajari dan menjadikan Al Quran sebagai rujukan bagi tiap persoalan yang dihadapi dalam berkehidupan dan bermasyarakat," pungkas Prof. Dadang.

Sementara itu Dubes Ahmad Rusdi, yang juga mantan Kepala Rumah Tangga Presiden RI, mengharapkan agar segala paparan Prof. Dadang dapat diserap dengan baik oleh keluarga KBRI dan masyarakat Indonesia.

Dubes juga menyampaikan sekilas berbagai dimensi kerjasama RI-Yunani di bidang politik, ekonomi, sosial maupun konsuler yang terus berkembang, kendati Yunani tengah ditimpa krisis.

Prof. Dadang dan tamu malam itu tak perlu menyentuh souvlaki, moussaka, dan spanakopita, sebab tuan rumah dan ibu-ibu Dharma Wanita menyajikan kuliner Nusantara nan lezat: sop buntut, ayam bumbu rujak, bihun goreng, tumis buncis, bakwan udang, kerupuk udang dan peyek kacang serta jajanan pasar.

Tidak ada komentar: