BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 06 Juli 2011

Disiksa Algojo RI, Ditembak Mati di Australia

Seorang pemilik peternakan Australia akan menembak 3.000 sapinya.

IVAnews -- Di beberapa rumah jagal di Indonesia, sapi-sapi Australia diperlakukan kasar. Seperti ditayangkan di program ABC's Four Corners, mereka rata-rata dipotong tenggorokannya 10 kali, padahal seharusnya cukup sekali potong. Ada juga yang dicukil matanya atau cuping hidung dituang air.

Kondisi rumah pemotongan hewan yang memprihatinkan membuat para sapi tergelincir licinnya lantai hingga kakinya patah. Atau ekor putus karena diseret paksa.

Rekaman yang ditayangkan 30 Mei 2011 lalu membuat publik Australia marah. Pemerintah Australia lantas memutuskan untuk menghentikan pengiriman sapi ke Indonesia selama enam bulan, mulai 8 Juni 2011.

Apakah itu berarti sapi-sapi itu sejahtera di negerinya? Tidak. Mereka justru terancam dibantai, ditembak mati. Nic Botha, pemilik stasiun ternak Moola Bulla Halls Creek, di Australia Barat mengatakan, ia terpaksa memusnahkan ternaknya karena tak bisa menjualnya ke Indonesia.
Mulai Rabu 6 Juli 2011, ia berencana menembak 3.000 sapinya. "Dari pada melihat mereka mati kelaparan dalam waktu 2-3 bulan, aku  akan mulai menembaki mereka secepatnya," kata dia, Selasa 5 Juli 2011.

Di hari pertama, ia akan membunuh 200 sapi sekaligus. "Lahanku sudah penuh sesak," tambah dia. Sementara, ia tak punya cukup pakan untuk 25.000 sapinya, rumput alami yang ada tidak mencukupi.

Botha bukan satu-satunya. Peternak di Northern Territory juga tengah memperpertimbangkan opsi itu, jika penghentian ekspor ternak hidup ke Indonesia belum juga dipulihkan. Itu artinya, akan ada pemusnahan sapi massal.

Pelarangan ekspor ke Indonesia juga membuat peternakan sapi (ranch) terkenal di pedalaman Northern Territory, Australia -- Bullo River Station, dilego. Pemiliknya,  Marlee Ranacher mengatakan, ia belum menjual satu sapi pun. Padahal ia tak mampu lagi membeli solar untuk memompa air tanah untuk minum 8.000 sapinya. "Aku tak tahu lagi harus apa, kecuali mulai menembaki mereka. Aku tak bisa diam dan melihat mereka mati kehausan."

Sementara senator Nigel Scullion yang baru  pulang dari kunjungan tiga hari ke Indonesia mengatakan, penghentian sementara pengiriman hewan ternak berakibat fatal. "Ini bukan sekedar tikus atau kambing, bayangkan bangkai-bangkai sapi bergelimpangan," kata dia.

Scullion mengatakan, pemerintah federal akan memperhatikan kesehatan mental para peternak Australia. "Bayangkan sapi seharga AU$120.000 ditembak mati tiap harinya," kata dia. "Krisis ini berubah menjadi krisis manusia." (umi)

Tidak ada komentar: