Rachmadin Ismail - detikNews
Jakarta - Menengok pabrik karet di Cipetir, Cikidang,
Sukabumi, Jabar, seolah tak banyak berbeda dengan 80 tahun lalu.
Peralatannya masih sama, hanya kualitasnya saja yang sudah jauh berbeda.
Dari
foto yang ada di Tropenmuseum, terlihat beberapa pekerja sedang
mengolah getah perca jadi blok-blok karet berkualitas tinggi. Lampu
masih menyala terang dan mesin-mesin tampak dalam kondisi prima. Foto
itu diperkirakan diambil di periode 1900-an.
Penasihat Teknik Dr
Braak, seperti diberitakan De Telegraaf edisi Rabu 15 Juni 1938 dikutip
detikcom dari Koninklijke Bibliotheek, Rabu (3 Desember 2014), sempat ke
Amerika dalam rangka memperluas pasar getah perca dari Tjipetir, Hindia
Belanda (Indonesia).
Menurut Braak, pembicaraannya berhasil
membukukan sukses, sehingga pasar getah ini dalam waktu dekat dapat
ditingkatkan berlipat ganda. Getah perca saat ini (1938 red) di Hindia
Belanda hanya diproduksi oleh Gouvernementsonderneming Tjipetir (BUMN
Cipetir).
Foto terkini soal pabrik tersebut diambil oleh para
anggota komunitas Sukabumi Heritage. Dedi Suhendra, salah seorang
anggota komunitas itu menampilkan gambar peralatan pabrik yang sudah
berkarat.
Meski begitu, Kepala Administratur PTPN VIII Sukamaju,
Sukabumi, Budhi Herdiana, mengatakan pabrik masih berjalan hingga kini.
Namun sebatas kalau ada pesanan saja.
"Terakhir (mengirim) minggu lalu ke Jakarta," katanya.
Budhi tak menyebut perusahan yang memesan. Ia hanya menjelaskan, bahan
mentah produksi Cipetir digunakan untuk kepentingan medis. Pemesanan
sudah beberapa kali dilakukan. Jumlahnya terbatas, hanya beberapa
kilogram.
Untuk ekspor, pabrik juga tak bisa menerima banyak. "Sekali order, antara 9-13 kg. Rutin 6 bulan sekali," kata Budhi.
Untuk
membuat getah merah memang tak sederhana. Satu ton daun tanaman
tersebut hanya jadi 13 kg getah. Bahan itulah yang dikirim ke pemesan.
Di
masa jayanya pada abad 19, produk Cipetir mendunia. Tak heran,
produknya sampai 'tercecer' di pantai-pantai Eropa setelah kapal
pengangkut karam. Menurut BBC, kotak kenyal mirip karet bertuliskan
'Tjipetir' ditemukan antara tahun 2008 hingga 2013 lalu. Diduga kuat
produk itu dibawa oleh kapal Jepang yang ditenggelamkan oleh kapal
Jerman pada 1917.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar