Diposkan pada: 10 Oct 2016
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan
target kepada Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Sofyan Djalil agar pada tahun depan (2017) minimal bisa menyelesaikan 5
juta sertifikat, tahun 2018 minimal 7 juta dan tahun 2019 minimal 9 juta
tanah masyarakat sudah harus berseritifikat.
Untuk itu, menurut Presiden Jokowi mulai
saat ini ia akan memantau, mengontrol, dan mengecek tiap kantor BPN
dengan caranya. “Jangan lagi ada yang berbelit belit, yang gampang
dimudahkan, yang mudah dicepetkan. Jangan diruwet-ruwetkan, apalagi
pakai minta pungli, hati-hati,” tegas Presiden Jokowi saat menyerahkan
2580 sertifikat tanah program strategis tahun 2016, di Kecamatan
Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Senin (10/10) siang.
Presiden menegaskan kembali
peringatannya agar segenap petugas Kementerian Agraria/BPN berhati-hati
kalau dirinya sudah menyampaikan peringatan seperti itu. Jangan ada yang
berani coba-coba. “Mata saya ada dimana-mana, mata saya memang hanya
dua tapi intelijen ada dimana-mana. Kalau saya sudah perintah diawasi,
pasti diawasi,” tegasnya.
Menurut Presiden Jokowi, dirinya ingin
sertifikat ini mempermudah rakyat, ada kepastian. Karena itu,
Presiden ingin prosesnya dibuat lebih sederhana, lebih mudah, lebih
cepat, dan tidak ada pungutan sehingga lebih murah. Tidak seperti yang
pernah dialaminya sendiri dalam pengurusan sertifikat tanah. “Pernah
ngalami sendiri. Geleng geleng saya ngurus,” ujarnya.
Karena sudah diberi amanah oleh rakyat,
Presiden menegaskan, dirinya tidak mau kejadian apa yang dulu dialami,
sekarang dialami oleh masyarakat.
“Jangan sampai rakyat kecil dipersulit
kemudian yang gede lebih mudah, jangan dibalik seperti itu, sekali lagi
hati-hati. Kalau sudah ada yang ngomong betul-betul, berarti yang betul.
Semua warga harus mendapatkan pelayanan dengan standar yang sama,
dengan kualitas yang sama,” tegas Presiden.
Harus Dikalkulasi
Dalam kesempatan penyerahan secara
simbolis sertifikat tanah rakyat itu, Presiden Jokowi sempat berusaha
memastikan apakah yang menerima sertifikat benar-benar sesuai dengan
jumlah sertifikat yang disebutkan, yaitu 2.580. “Biasa kalau simbolis
itu hanya yang sebelas saja, yang lain tidak. Saya ingin betul betul
pasti sertifikat 2580 ya betul itu, ada yang dari Yogya, dari
Gunungkidul, dari Sleman, dari Bantul, ada dari Kulonprogo,” ujarnya.
Sementara saat berdialog dengan warga,
Presiden Jokowi berpesan, kalau sudah punya sertifikat disimpan. Tapi
kalau ada keperluan produktif atau untuk pinjaman bank, ia minta agar
hati-hati dan dikalkulasi, jangan sampai sertifikat lepas karena
hitungan tidak tepat. Apalagi jika bukan untuk usaha, harus benar-benar
hati-hati.
“Saya senang, saya bahagia sekali bahwa
rakyat sudah mendapatkan hak miliknya berupa sertifikat. Kita harapkan
hal seperti ini tahun depan akan hatam karena sistem baru disiapkan agar
rakyat itu menerima sertifikat dengan waktu yang cepat, yang sederhana,
dengan biaya kalau ada dengan biaya yang murah, karena nanti sebagian
akan ditutup dengan APBD sebagian juga dibantu dari APBN,” pungkas
Presiden Jokowi.
Tampak mendampingi Presiden Jokowi dalam
kesempatan itu antara lain Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menko PMK
Puan Maharani, Menteri Agraria/Kepala BPN Sofyan Djalil, Mensesneg
Pratikno, dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. (DNS/AGG/ES)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar