abbar Ramdhani - detikNews
Jakarta -
Pasangan calon gubernur-calon wakil gubernur DKI Jakarta sudah
berbicara soal upaya penyediaan air bersih bagi warga. Berbagai cara
diwacanakan oleh para cagub.
Pada pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur nomor urut 1, Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni pernah
bicara soal pemenuhan kebutuhan air bersih. Pada akhir November lalu
mereka sempat mengunjungi Kepulauan Seribu. Di sana, Agus mengatakan
akan meningkatkan potensi pariwisata.
Selain akan itu, Agus-Sylvi
berjanji akan menyediakan air bersih bagi warga setempat. Mereka
mengatakan hal ini menjadi fokus penangangan jika terpilih nanti.
Cawagub Sylvi mengatakan cara yang akan dilakukan adalah dengan
memanfaatkan sumber yang ada, air laut dan air limbah untuk kemudian
diolah menjadi air yang layak pakai bagi warga.
"Masyarakat di sini membutuhkan sekali air bersih, ini menjadi concern
kami. Kita betul-betul, kita akan perhatikan. Kita akan ada pengelolaan
air limbah dan air laut. Nanti bisa langsung diminum," kata Sylvi di
Pulau Untung Jawa, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu,
(23/11/2016).
Soal penanganan air bersih, Agus memiliki pandangan
sendiri. Hal ini diungkapkannya saat meninjau sebuah kali di Kampung
Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara. Kali yang merupakan terusan dari
Kali Gendong itu dipenuhi tumpukan sampah. Menurutnya, semestinya kali
itu bersih dari tumpukan sampah.
Seorang warga pun bertanya kepada Agus, "Mas, ini bagaimana solusinya?"
"Saya akan bersihkan," jawab Agus singkat dan padat, Senin (19/12).
Agus lalu mengingatkan kepada warga dan kalangan dunia usaha untuk
menjaga kebersihan dan kesehatan. Ia mengimbau juga soal pengolahan
limbah industri. Sebab limbah dapat membahayakan masyarakat sekitar.
"Kita
ingin terus mengimbau juga pada dunia usaha agar memperhatikan dampak
lingkungan yang mereka timbulkan dari operasionalisasi dari usaha
mereka. Kita ingin mengedukasi masyarakat agar tetap lebih aware lagi
terhadap segala kemungkinan penyakit," kata Agus.
Sementara itu, calon gubernur nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) berpendapat dalam penanganan air bersih, dibutuhkan pipa
pengolahan air limbah. Pipa pengolahan ini berdampingan dengan pipa
penyaluran air bersih dari operator penyediaan dan pelayanan air minum.
Untuk
menempuh hal itu, Ahok mengatakan akan melakukan negosiasi ulang dengan
operator penyediaan dan pelayanan air minum seperti PT PAM Lyonnaise
Jaya (Palyja) dan PT Aetra. Ahok menginginkan adanya pipa pengolahan air
limbah yang turut menyambung dengan pipa penyaluran air bersih.
Makanya kita kan negosiasi kembali dengan Aetra dan Palyja. Kita ingin
pipanya nyambung. Nah kita juga mulai gabungkan dengan PAL, pengolahan
air limbah," kata Ahok di Jalan Kepanduan II, Penjaringan, Jakarta
Utara, Sabtu (17/12/2016).
Ahok mengatakan, salah satu kurangnya
penyediaan air bersih dikarenakan pengolahan air limbah yang masih
rendah. Dengan adanya pipa air limbah itu diharapkan dapat membuka
peluang setiap rumah mendapatkan air bersih.
"Jakarta ini kan di
bawah 5 persen pengolahan air limbahnya. Nanti setiap rumah orang harus
dapat air bersih, ada pipa pengolahan air limbahnya (juga)," ujar Ahok.
Ahok mengatakan bila ada masyarakat yang kesulitan memperoleh air bersih, akan dilakukan mekanisme subsidi.
"Nanti kalau kamu gak bisa bayar, kita PSO (public service obligation).
Kita subsidi. Subsidi aja. Akan kita lakukan seperti itu," tuturnya.
Ketika
masih menjabat sebagai gubernur, Ahok telah berencana menggabungkan PT
Palyja dan PT Aetra untuk menjadi Perusahaan Air Minum (PAM). Kemudian
PT PAM akan digabung dengan PT Perusahaan Air Limbah (PAL).
Terakhir, di cagub nomor urut 3, Anies Baswedan pada kunjungannya ke
wilayah Kalideres mendapatkan keluhan dari warga soal tidak meratanya
aliran PAM. Warga yang mengaku sudah tinggal puluhan tahun tapi tetap
belum mendapatkan air bersih. Sedangkan kompleks perumahan yang baru
dibangun malah sudah dialiri air bersih.
"Kompleks di samping
sini sudah ada air PAM, sementara mereka di sini sudah puluhan tahun,
minta tidak pernah dapat air PAM. Salah satu program kita justru adalah
pengadaan air PAM," kata Anies di Tegal Alur, Kecamatan Kalideres,
Jakarta Barat, Senin (26/12).
Anies berjanji akan memberikan subsidi hingga 80 persen bagi warga yang
ingin rumahnya dialiri oleh air PAM. Ia juga menyatakan bahwa
rumah-rumah berukuran di bawah 70 meter persegi akan menjadi prioritas
pemasangan air PAM tersebut.
"Kita menargetkan bahwa rumah-rumah
dengan ukuran seperti di sini menjadi prioritas utama. Rumah mereka yang
kecil di bawah 70 meter itu akan diberi subsidi 80 persen, jadi mereka
cuma bayar 20 persen. Biaya pemasangannya pun gratis. Itu harapannya
mereka bisa hidup lebih sehat," jelas Anies.
Ia menambahkan,
permasalahan air PAM yang saat ini ada adalah bentuk ketidakadilan.
Mantan Menteri Pendidikan ini menganggap permukiman warga yang belum
dialiri air PAM merupakan hal yang tidak dapat dibiarkan.
"Lain ya kalau misalnya seluruh daerah sini enggak ada air PAM. Namanya
juga enggak ada air PAM. La ini yang sampingnya dapat tapi permukiman
warga biasa enggak dapat. Terus jelasin-nya bagaimana? Karena itu yang
seperti ini tak bisa diteruskan," ucapnya.
Selain itu, dia
mengungkapkan akan membuat mekanisme pelaporan yang efektif agar seluruh
permasalahan warga dapat segera diselesaikan. Anies ingin warga tidak
hanya didatangi pemimpin, tapi benar-benar merasakan perubahan.
(jbr/dnu)
Terakhir, di cagub nomor urut 3, Anies Baswedan pada kunjungannya ke
wilayah Kalideres mendapatkan keluhan dari warga soal tidak meratanya
aliran PAM. Warga yang mengaku sudah tinggal puluhan tahun tapi tetap
belum mendapatkan air bersih. Sedangkan kompleks perumahan yang baru
dibangun malah sudah dialiri air bersih.
"Kompleks di samping
sini sudah ada air PAM, sementara mereka di sini sudah puluhan tahun,
minta tidak pernah dapat air PAM. Salah satu program kita justru adalah
pengadaan air PAM," kata Anies di Tegal Alur, Kecamatan Kalideres,
Jakarta Barat, Senin (26/12).
Anies berjanji akan memberikan subsidi hingga 80 persen bagi warga yang
ingin rumahnya dialiri oleh air PAM. Ia juga menyatakan bahwa
rumah-rumah berukuran di bawah 70 meter persegi akan menjadi prioritas
pemasangan air PAM tersebut.
"Kita menargetkan bahwa rumah-rumah
dengan ukuran seperti di sini menjadi prioritas utama. Rumah mereka yang
kecil di bawah 70 meter itu akan diberi subsidi 80 persen, jadi mereka
cuma bayar 20 persen. Biaya pemasangannya pun gratis. Itu harapannya
mereka bisa hidup lebih sehat," jelas Anies.
Ia menambahkan,
permasalahan air PAM yang saat ini ada adalah bentuk ketidakadilan.
Mantan Menteri Pendidikan ini menganggap permukiman warga yang belum
dialiri air PAM merupakan hal yang tidak dapat dibiarkan.
"Lain ya kalau misalnya seluruh daerah sini enggak ada air PAM. Namanya
juga enggak ada air PAM. La ini yang sampingnya dapat tapi permukiman
warga biasa enggak dapat. Terus jelasin-nya bagaimana? Karena itu yang
seperti ini tak bisa diteruskan," ucapnya.
Selain itu, dia
mengungkapkan akan membuat mekanisme pelaporan yang efektif agar seluruh
permasalahan warga dapat segera diselesaikan. Anies ingin warga tidak
hanya didatangi pemimpin, tapi benar-benar merasakan perubahan.
(jbr/dnu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar