JAKARTA - Psikolog
politik dari Universitas Indonesia, Dewi Haroen mengatakan kubu pasangan
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa kini lebih sistematis menyatukan
elemen-elemen koalisi. Menurutnya, hal itu terjadi karena Prabowo juga
menjadi kunci utama terbentuknya koalisi dan massa pendukung yang solid.
Dewi menjelaskan dengan kekuatan koalisi
ini, tingkat keterpilihan Prabowo terus naik karena kontribusi dari
partai pengusung. Meskipun dari sisi popularitas dan elektablitas
sebelumnya, Jokowi dengan Prabowo begitu terpaut jauh.
"Popularitas bukan segalanya. Popularitas
bisa terbentuk dari penilaian yang kurang mendalam. Melalui proses,
publik juga makin kritis dan obyektif. Misalnya, dari menonton debat
capres-cawapres. Buktinya, selisih makin tipis dan bahkan Prabowo
berbalik unggul," kata Dewi di Jakarta, Sabtu (28/6).
Merujuk hasil survei Puskaptis, publik
memilih Prabowo-Hatta karena karakter tegas, berwibawa dan dipercaya
memiliki niat baik membangun bangsa. Pada survei terakhir Puskaptis,
elektabilitas Prabowo sebesar 45,60% dan mengungguli Jokowi yang sebesar
43,21%. Begitu juga denga hasil Survei Pusat Data Bersatu yang
menunjukkan keterpilihan Prabowo 31,8% dan Jokowi 29,9%.
Dewi menilai salah satu penyebab
menurunnya keterpilihan Jokowi-JK karena terlalu percaya diri dengan
hasil survei yang selama ini mengunggulkan mereka. "Saat ini adalah
masa-masa krusial karena kurang dua minggu lagi pelaksanaan pilpres.
Kader-kader parpol pengusung kurang sistematis menggalang kekuatan
internal,” kata Dewi.
Kadar percaya diri yang berlebihan,
tambahnya, membuat mereka terburu-buru merasa menang. Apalagi ditopang
oleh elektabilitas Jokowi yang melambung sejak sebelum Pileg. (jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar