BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Minggu, 22 Juni 2014

Bukan Hanya Ekonomi, Presiden: Lihatlah Kerjasama Internasional Dari Aspek Geopolitik

Oleh : Desk Informasi

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, kerjasama internasional harus dilihat dalam perspektif dan konteks yang utuh, bukan hanya memberikan manfaat secara ekonomi, tetapi juga dari aspek geopolitik.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden SBY melalui akun twitter pribadinya @SBYudhoyono, seusai mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (20/6), selepas melakukan kunjungan kenegaraan ke Fiji dan  menjadi tamu utama pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-2 The Pacific Islands Development Forum (PIDF).
“Ini adalah kunjungan yang pertama kali bagi Presiden RI ke Fiji, sekaligus menandai 40 tahun hubungan bilateral kedua negara,” sebut Presiden SBY mengenai kunjungannya ke Fiji itu.
Menurut Presiden SBY, selama hampir 10 tahu masa pemerintahannya, ia telah menambah 16 negara jadi mitra komprehensif Indonesia, diantaranya Afrika Selatan (Afsel), Inggris, dan Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya pada konperensi pers di Nadi, Fiji, Presiden SBY mengatakan, makna dan arti penting kunjungan kenegaraannya selama tiga hari ke Fiji. "Kunjungan ke Fiji untuk menjelaskan kebijakan pemerintah Indonesia menyangkut Papua,  kebijakan kita yang berkaitan dengan keadilan, pembangunan ekonomi, serta keamanan di wilayah itu," paparnya.
Presiden SBY menekankan pentingnya menjalin hubungan kerjasama dengan negara di kawasan Asia Pasifik. Menurut Presiden, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, Indonesia telah berhasil membangun kemitraan kuat dengan negara-negara kunci di kawasan tersebut, antara lain Papua Nugini, Selandia Baru, Australia, dan Timor Leste.
"Mereka semua secara resmi mengakui kedaulatan Indonesia. Ini penting dari aspek geopolitik di kawasan timur kita, Pasifik Selatan dan Barat Daya," ujar Presiden
Karena itu, lanjut Presiden SBY, sudah menjadi keharusan Indonesia untuk terus meningkatkan persahabatan, kerja sama, dan kemitraan dengan negara-negara tersebut dengan tulus. Namun di sisi lain, kesempatan kunjungan ke Fiji dan menghadiri KTT ke-2 The Pacific Islands Development Forum juga bisa dijadikan peluang yang baik untuk menjelaskan kebijakan pemerintah Indonesia menyangkut Papua, dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan dunia internasional.
Presiden menjelaskan, rumpun melanesia terdiri atas dua juta jiwa di Pasifik, sedang di Indonesia sendiri terdapat 12 juta jiwa rumpun Melanesia.
Perluas Konektivitas
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada kunjungannnya ke Fiji itu, Presiden SBY bertemu dengan Presiden Fiji Ratu Epeli Nailatikau, dan melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri (PM) Fiji Josaia Voreqe Bainimarama.
Pertemuan bilateral itu menghasilkan 6 nota kesepahaman yaitu kerjasama pendidikan diplomat; pembebasan visa untuk paspor dinas dan diplomat; pemberantasan narkoba; kelautan dan perikanan; infrastruktur umum; serta pemuda dan olahraga.
Adapun pada KTT Pacific Islands Development Forum (PIDF), Presiden SBY dalam pidato kuncinya menekankan komitmen Indonesia untuk memperluas konektivitas, perdagangan dan investasi dengan kawasan Pasifik Selatan.
Mendampingi Presiden SBY dalam kunjungan ke Fiji itu antara lain, Ibu Negara Hj. Ani Yudhoyono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menlu Marty Natalegawa, Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, Menteri PU Djoko Kirmanto, dan Menpora Roy Suryo. (ES)

Tidak ada komentar: