Dhani Irawan - detikNews
Jakarta -
Tanggal 26 Maret 2016 mungkin menjadi tanggal yang
tidak akan dilupakan oleh 10 orang yang disandera kelompok Abu Sayyaf di
Filipina. Mereka adalah warga negara Indonesia (WNI) yang merupakan
pelaut dari kapal Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12.
Kabar
penyanderaan 10 WNI itu sontak membuat pemerintah Indonesia bergerak
melakukan operasi penyelamatan. Namun upaya itu terbentur dengan
konstitusi Filipina. Alhasil TNI dan Polri hanya bisa beroperasi melalui
intelijen tanpa terjun langsung menyelamatkan 10 WNI itu.
Pihak
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI pun terus melakukan koordinasi
dengan pemerintah Filipina. Hingga pada Sabtu, 9 April 2016, militer
Filipina menyerbu kelompok teroris itu.
18 tentara militer
Filipina dan lima teroris dari kelompok Abu Sayyaf tewas dalam operasi
militer Filipina yang berlangsung selama 10 jam itu. Operasi militer ini
dilakukan di Provinsi Basilan, Filipina Selatan. Pasukan Filipina
tengah melakukan pengejaran terhadap kelompok Abu Sayyaf di wilayah
Basulan dan sekitar wilayah Joso Islands selama dua pekan terakhir untuk
membebasan 18 sandera asing yang disandera.
Setelah itu, upaya
diplomasi kembali dilakukan. Pemerintah Indonesia terus mendorong agar
dilibatkan dalam operasi militer penyelamatan, tetapi hasilnya nihil.
Penyanderanya
yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar 50 juta peso
atau setara dengan 1 juta dolar AS. Pemerintah Indonesia pun diminta
agar tidak memenuhi permintaan itu.
Waktu berselang tetapi
komunikasi terus dilakukan sampai akhirnya hari yang dinanti itu tiba.
10 WNI yang merupakan awak kapal Brahma 12 telah dilepaskan
penyanderanya. Pelepasan mereka dengan cara men-drop mereka di luar
rumah Gubernur Sulu di Jolo, ibu kota Provinsi Sulu, pada Minggu siang.
Presiden
Jokowi langsung mengumumkan kebebasan 10 WNI itu setelah bertemu dengan
jajaran menteri terkait dan Panglima TNI. Jokowi menyampaikan ucapan
terima kasihnya pada berbagai pihak termasuk Pemerintah Filipina.
Koordinasi
kepulangan mereka pun dilakukan. Dengan menggunakan pesawat Victory
News milik Surya Paloh, 10 WNI itu diantarkan dan tiba di Base Ops Lanud
Halim Perdanakusuma pada pukul 23.30 WIB, Minggu (1/5/2016).
Ketua
Fraksi NasDem Viktor Laiskodat pun turut serta di dalam pesawat. Ketika
tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, 10 WNI itu disambut Menlu Retno
Marsudi, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Mensesneg Pratikno.
Setelah
turun dari pesawat, 10 WNI itu kemudian diantarkan menuju ke RSPAD
Gatot Soebroto untuk mengecek kesehatan mereka. Menlu Retno mengatakan
setelah kesehatan mereka dipastikan aman, maka kesepuluh WNI itu akan
dipulangkan ke keluarga masing-masing.
Nama-nama 10 WNI tersebut adalah:
1. Peter Tonsen Barahama. Alamat Batu Aji, Batam.
2. Julian Philip. Alamat Tondang Utara, Minahasa.
3. Alvian Elvis Peti. Alamat Priok Jakarta Utara.
4. Mahmud. Alamat Banjarmasin Kalimantan Selatan.
5. Surian Syah. Alamat Kendari Sulawesi Tenggara.
6. Surianto. Alamat Gilireng Wajo Sulawesi Selatan.
7. Wawan Saputra. Alamat Malili Palopo.
8. Bayu Oktavianto. Alamat Delanggu Klaten.
9. Rinaldi. Alamat Makassar.
10. Wendi Raknadian. Alamat Padang Sumatera Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar