INILAHCOM, Jakarta - Hingga saat ini hanya ada dua partai politik (parpol) yang resmi berkoalisi, PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai NasDem. Parpol lainnya masih dalam taraf penjajakan.
Berdasarkan hitung cepat berbagai lembaga survei, gabungan persentase perolehan suara sudah cukup memenuhi syarat pengajuan pasangan capres-cawapres. PDIP sekitar 19% dan NasDem sekitar 6%, jika digabungkan lebih dari 25%.
Berdasarkan hitung cepat berbagai lembaga survei, gabungan persentase perolehan suara sudah cukup memenuhi syarat pengajuan pasangan capres-cawapres. PDIP sekitar 19% dan NasDem sekitar 6%, jika digabungkan lebih dari 25%.
Kekuatan PDIP pun bertambah karena Ketua Umum NasDem Surya Paloh adalah pemilik Media Group. 'Serudukan Banteng' makin kuat, PDIP kini gampang beriklan.
Salah satu media yang diandalkan Paloh dalam pemilu legislatif kemarin adalah Metro TV. Hampir setiap hari iklan NasDem tayang. "Tidak hanya darat, udara, laut juga, yang paling penting mengambil hati masyarakat," ujar Paloh saat mendeklarasikan dukungan NasDem ke PDIP, Jakarta, Sabtu (12/4/2014).
PDIP terus membangun komunikasi politik dengan parpol lainnya agar mau ikut. Salah satu yang dibidik adalah PKB (persentase suara) sekitar 9%. PDI Perjuangan butuh parpol berbasis massa Islam.
Gerbong lainnya sedang dibentuk Partai Gerindra, dipimpin oleh Prabowo Subianto. Siapa yang gabung, pintu terbuka lebar. Partai berlambang garuda emas itu butuh dukungan karena persentase perolehan suara sekitar 11%. Artinya harus berkoalisi dengan parpol agar memenuhi syarat.
Parpol berbasis massa Islam diperkirakan akan bergabung dengan Gerindra. Ada dua parpol yang belakangan ini diberitakan bakal satu gerbong, yakni PAN dan PKS.
Dua parpol itu diprediksi menyodorkan kadernya untuk dipertimbangkan menjadi pendamping Prabowo. Nama yang mencuat adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa.
Kualitas Aher dan Hatta tidak diragukan. Keduanya memiliki segudang pengalaman, bisa melengkapi Prabowo (nasionalis-relijius dan Jawa-luar Jawa).
Selain itu, diprediksi akan ada satu gerbong lagi. Belum bisa dipastikan siapa yang bakal memimpin. Partai Golkar yang menempati urutan kedua dalam persentase perolehan suara (14%) masih abu-abu.
Ada ketidakyakinan beberapa kalangan terhadap pencapresan Aburizal Bakrie atau ARB. Elektabilitas ARB, berdasarkan hasil survei, masih saja rendah jika dibandingkan Jokowi (PDI Perjuangan) dan Prabowo.
Golkar sepertinya bakal sia-sia memajukan ARB di pilpres nanti. Elektabilitas Ketua Umum Golkar itu tidak naik signifikan, meski sudah digenjot sebelum pemilu legislatif.
Terdapat kemungkinan, gerbong tersisa ini akan dimotori Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Suara Demokrat cukup besar sekitar 9% berdasarkan hitung cepat berbagai lembaga survei.
Pengaruh SBY cukup besar, sayangnya tidak bisa maju kembali menjadi capres karena sudah dua kali terpilih. Bisa saja SBY menggalang parpol lainnya yang masih belum mengambil keputusan koalisi, di antaranya Partai Hanura (5%), PPP (6%), dan PKB (9%).
Masih banyak kemungkinan yang bisa. Tinggal pilih mau gerbong yang mana, Jokowi atau Prabowo. Atau mau ambil gerbong yang tersisa. [rok]
Gerbong lainnya sedang dibentuk Partai Gerindra, dipimpin oleh Prabowo Subianto. Siapa yang gabung, pintu terbuka lebar. Partai berlambang garuda emas itu butuh dukungan karena persentase perolehan suara sekitar 11%. Artinya harus berkoalisi dengan parpol agar memenuhi syarat.
Parpol berbasis massa Islam diperkirakan akan bergabung dengan Gerindra. Ada dua parpol yang belakangan ini diberitakan bakal satu gerbong, yakni PAN dan PKS.
Dua parpol itu diprediksi menyodorkan kadernya untuk dipertimbangkan menjadi pendamping Prabowo. Nama yang mencuat adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa.
Kualitas Aher dan Hatta tidak diragukan. Keduanya memiliki segudang pengalaman, bisa melengkapi Prabowo (nasionalis-relijius dan Jawa-luar Jawa).
Selain itu, diprediksi akan ada satu gerbong lagi. Belum bisa dipastikan siapa yang bakal memimpin. Partai Golkar yang menempati urutan kedua dalam persentase perolehan suara (14%) masih abu-abu.
Ada ketidakyakinan beberapa kalangan terhadap pencapresan Aburizal Bakrie atau ARB. Elektabilitas ARB, berdasarkan hasil survei, masih saja rendah jika dibandingkan Jokowi (PDI Perjuangan) dan Prabowo.
Golkar sepertinya bakal sia-sia memajukan ARB di pilpres nanti. Elektabilitas Ketua Umum Golkar itu tidak naik signifikan, meski sudah digenjot sebelum pemilu legislatif.
Terdapat kemungkinan, gerbong tersisa ini akan dimotori Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Suara Demokrat cukup besar sekitar 9% berdasarkan hitung cepat berbagai lembaga survei.
Pengaruh SBY cukup besar, sayangnya tidak bisa maju kembali menjadi capres karena sudah dua kali terpilih. Bisa saja SBY menggalang parpol lainnya yang masih belum mengambil keputusan koalisi, di antaranya Partai Hanura (5%), PPP (6%), dan PKB (9%).
Masih banyak kemungkinan yang bisa. Tinggal pilih mau gerbong yang mana, Jokowi atau Prabowo. Atau mau ambil gerbong yang tersisa. [rok]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar