Basuki Rahmat Nugroho - detikNews
Jakarta - Tidak adanya partai yang signifikan mendominasi perolehan suara pemilu legilatif memungkinan para calon presiden memiliki kesempatan yang sama besar dalam pertarungan di pemilu presiden.
Selain berpotensinya pemilihan presiden berlangsung dua putaran, peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Toto Izul Fattah berpendapat, capres dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) masih sangat mungkin untuk bisa dikalahkan.
"Peluang bagi capres Partai Golkar Aburizal Bakrie dan capres Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk melawan Jokowi masih terbuka lebar," kata Toto saat berbincang dengan
detikcom, Selasa (30/4/2014).
Toto menekankan dengan PDIP gagal meraup 30 persen lebih suara di pileg tentunya sangat memberatkan Jokowi melangkah ke pertarungan pilpres. Dengan tidak bisa mencapai suara yang signifikan maka PDIP harus hati-hati dalam memilih pasangan cawapres untuk Jokowi.
Menurut Toto kalau Ical atau Prabowo bisa mendapatkan cawapres yang tepat maka akan sangat membantu dalam menghadang laju Jokowi. "Figur ketokohan dalam pilpres nanti juga sangat berperan, baik sosok capresnya maupun cawapresnya," ujar dia. "Tren elektabilitas Prabowo naik terus, sementara Jokowi tidak."
Lebih lanjut Toto mengatakan koalisi Golkar dan Gerindra sangat kecil kemungkinan dilakukan sebelum pilpres karena Ical dan Prabowo tidak mau menurunkan posisi menjadi cawapres. Kalaupun misalnya mereka koalisi, tidak lantas berarti bisa memenangkan pilpres. "Penghitungannya bukan matematis begitu kan," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar