VIVAnews - Kepolisian Daerah Metro Jaya mencatat ada 41 ribu Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Jakarta dan sekitarnya untuk Pemilu 9 April mendatang. Dari jumlah tersebut, 2.000 TPS masuk kategori rawan.
Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Dwi Priyatno, mengatakan kondisi rawan tersebut berkaitan dengan faktor geografis, misalnya karena lokasi TPS yang cukup jauh dari kota. Mayoritas TPS rawan itu pun berada di lokasi-lokasi perbatasan dengan kota lain.
"Dalam hal ini, kami kategorikan rawan menjadi dua, ada rawan satu dan rawan dua. Namun tidak ada artian rawan yang berbahaya. Jumlahnya mencapai 2.000," ujar Dwi di Jakarta, Rabu 2 Maret 2014.
Meski Dwi tidak menjelaskan secara detail lokasi TPS rawan satu dan rawan dua itu, namun dia mengatakan jika kategori rawan satu merupakan TPS yang terbilang masih cukup kondusif, seperti di perkampungan dan pemukiman massa pendukung. Indikatornya pernah terjadi konflik dan masyarakat mengerti politik serta antusiasme cukup tinggi.
Sementara rawan dua adalah TPS yang berdampingan dengan massa calon dan TPS yang berada di perbatasan. Dia menduga masih ada fanatisme simpatisan dan masih berlangsung konflik.
"Namun kami sudah memetakan dan kami juga sudah menyiapkan personel untuk menjaganya," kata Dwi.
Terkait hal tersebut, Polda Metro Jaya telah menyiapkan 40.356 personel yang akan ditempatkan di seluruh TPS. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari TNI dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang akan diterjunkan untuk menjaga mulai dari masa kampanye hingga penetapan hasil.
"Polda ada 3.303 personel, gabungan Polres 5.899, BKO TNI ada sekitar 700 personel, Mabes Polri 10 personel, dan sisanya dari Pemprov DKI berjumlah 30.444 personel," ungkap Jenderal Bintang Dua itu.
Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Dwi Priyatno, mengatakan kondisi rawan tersebut berkaitan dengan faktor geografis, misalnya karena lokasi TPS yang cukup jauh dari kota. Mayoritas TPS rawan itu pun berada di lokasi-lokasi perbatasan dengan kota lain.
"Dalam hal ini, kami kategorikan rawan menjadi dua, ada rawan satu dan rawan dua. Namun tidak ada artian rawan yang berbahaya. Jumlahnya mencapai 2.000," ujar Dwi di Jakarta, Rabu 2 Maret 2014.
Meski Dwi tidak menjelaskan secara detail lokasi TPS rawan satu dan rawan dua itu, namun dia mengatakan jika kategori rawan satu merupakan TPS yang terbilang masih cukup kondusif, seperti di perkampungan dan pemukiman massa pendukung. Indikatornya pernah terjadi konflik dan masyarakat mengerti politik serta antusiasme cukup tinggi.
Sementara rawan dua adalah TPS yang berdampingan dengan massa calon dan TPS yang berada di perbatasan. Dia menduga masih ada fanatisme simpatisan dan masih berlangsung konflik.
"Namun kami sudah memetakan dan kami juga sudah menyiapkan personel untuk menjaganya," kata Dwi.
Terkait hal tersebut, Polda Metro Jaya telah menyiapkan 40.356 personel yang akan ditempatkan di seluruh TPS. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari TNI dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang akan diterjunkan untuk menjaga mulai dari masa kampanye hingga penetapan hasil.
"Polda ada 3.303 personel, gabungan Polres 5.899, BKO TNI ada sekitar 700 personel, Mabes Polri 10 personel, dan sisanya dari Pemprov DKI berjumlah 30.444 personel," ungkap Jenderal Bintang Dua itu.
TNI Bantu
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, menambahkan satu anggota polisi akan menjaga satu TPS untuk kategori rawan satu dan rawan dua. Polisi yang berjaga pun akan dilengkapi dengan senjata lengkap. Personel TNI pun siap dipanggil kapan pun untuk membantu pengamanan TPS.
"Kalau memang situasi tak dikehendaki terjadi maka seluruh pasukan yang siaga akan didorong ke lokasi," kata Rikwanto.
Untuk pelaksanaannya, Rikwanto menjelaskan bahwa pengamanan akan dimulai sejak sore hari sebelum pemilu dilakukan. Semua anggota Polri yang bertugas mengamankan dan sudah masuk ke TPS-TPS untuk menjaga kontak suara.
"Pada saat pencoblosan, bersama dengan anggota Polsek setempat masih tetap berjaga termasuk menjaga surat suara yang sudah di coblos," kata Riwanto. (ren)
"Kalau memang situasi tak dikehendaki terjadi maka seluruh pasukan yang siaga akan didorong ke lokasi," kata Rikwanto.
Untuk pelaksanaannya, Rikwanto menjelaskan bahwa pengamanan akan dimulai sejak sore hari sebelum pemilu dilakukan. Semua anggota Polri yang bertugas mengamankan dan sudah masuk ke TPS-TPS untuk menjaga kontak suara.
"Pada saat pencoblosan, bersama dengan anggota Polsek setempat masih tetap berjaga termasuk menjaga surat suara yang sudah di coblos," kata Riwanto. (ren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar