VIVAnews - Keluarga penumpang pesawat nahas Malaysia Airlines (MAS) MH370 asal Tiongkok kembali kesal karena ada perubahan informasi soal kalimat terakhir yang terdengar dari ruang kokpit. Di mata mereka perubahan informasi itu tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Dilansir dari harian Straits Times, Selasa 1 April 2014, keluarga menilai perbedaan informasi tersebut justru semakin menegaskan ketidakmampuan Pemerintah Malaysia dalam mengelola krisis ini. Selain itu, prasangka ada informasi yang ditutup-tutupi juga kian menguat.
"Mereka mengatakan kepada kami di pekan pertama, di ruangan ini, bahwa kalimat terakhir yang keluar dari ruang kokpit 'Baiklah, selamat malam', dan sekarang malah diubah," ujar seorang pria berusia 50 tahunan dan bernama Huang. Bahkan, Duta Besar Malaysia untuk Tiongkok Iskandar Sarudin turut menghadiri pertemuan dengan keluarga korban.
Informasi yang simpang siur kembali terjadi ketika Pemerintah Negeri Jiran membenarkan pernyataan CEO MAS Ahmad Jauhari Yahya yang menyebut kalimat itu dilontarkan oleh kopilot MH370 Fariq Abdul Hamid. Tetapi, Senin kemarin, pernyataan itu kembali diralat oleh Kementerian Transportasi. Mereka menyebut tengah melakukan penyelidikan forensik untuk menentukan apakah kalimat terakhir yang berasal dari ruang kokpit berasal dari pilot atau kopilot.
"Dua versi jawaban ini sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda. Namun, intinya bahwa kami tidak akan pernah bisa memperoleh jawaban yang langsung dari mereka. Kini, keluarga korban sudah mulai terbiasa dengan itu," kata Huang.
Pada Selasa sore, Malaysia merilis transkrip lengkap pembicaraan antara ruang kokpit dengan menara pengawas udara. Transkrip itu juga disampaikan kepada keluarga penumpang dalam sebuah pertemuan tertutup dan dipimpin oleh Mayor Jenderal Affendi Buang.
Menurut Affendi, transkrip kali ini dianggap resmi dari pihak pemerintah. Namun, di mata keluarga penumpang, informasi itu seharusnya sudah dirilis sejak pesawat dinyatakan hilang pada 8 Maret lalu.
"Terlalu banyak versi jawaban dari Pemerintah Malaysia sehingga membuat kami bingung yang mana seharusnya yang kami percayai," ungkap seorang perempuan yang tidak ingin disebut namanya. Perempuan itu mengaku suaminya turut dalam penerbangan nahas menuju Beijing.
Keluarga penumpang lainnya, Steve Wang, mengatakan kepada media sebenarnya mereka bukanlah orang yang profesional di bidang penerbangan. "Sehingga pada dasarnya kami tidak begitu yakin apa perbedaan yang mencolok dari kalimat 'Baiklah, selamat malam' dan 'Selamat malam, Malaysia tiga tujuh kosong'. Atau malah kedua pernyataan itu signifikan?" tanya Wang.
Namun satu hal yang pasti, kata Wang, hal itu merupakan contoh lainnya betapa Pemerintah Malaysia juga tidak paham arus informasi sehingga pesannya malah membingungkan keluarga korban. "Itu mengapa keluarga penumpang begitu marah," kata dia. (ita)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar