VIVAnews - Front Pembebasan Islam Moro (MILF) pada Kamis, 27 Maret 2014, menandatangani pakta perdamaian dengan Pemerintah Filipina. Dalam perjanjian damai itu, Pemerintah Filipina menjanjikan daerah otonomi bagi kaum minoritas Muslim.
Stasiun berita Channel News Asia Kamis kemarin melaporkan, nantinya saat menciptakan daerah otonomi itu, pemerintah akan bermitra dengan MILF. Pemimpin lokal setempat akan dipilih melalui proses pemilu pada pertengahan tahun 2016.
"Perjanjian komprehensif dengan Bangsamoro merupakan hadiah atas perjuangan kami," ungkap Ketua MILF, Murad Ebrahim, saat upacara penandatanganan di Istana Malacanang. Dengan adanya kesepakatan itu, lanjut Murad, aspirasi Bangsamoro dan komitmen Pemerintah Filipina kini sudah terikat.
Penandatanganan pakta damai itu, turut dihadiri langsung oleh Presiden Benigno Aquino dan lebih dari 1.000 orang lainnya. Aquino menyebut perjanjian damai itu jadi sebuah jalan menuju perubahan permanen di kawasan Mindanao.
Kendati demikian, tidak ada jaminan kesepakatan damai itu akan diberlakukan pada pertengahan tahun 2016 mendatang. Sebab, Aquino masih harus meyakinkan Kongres untuk meloloskan aturan dasar yang menjadi landasan bagi pembentukan daerah otonomi tersebut. Idealnya, Aquino sudah harus mampu melakukan pendekatan kepada Kongres hingga akhir tahun 2014.
Ada tiga pihak yang diduga dapat menghalangi proses perjanjian damai itu. Mereka yaitu politisi Kristen yang berkuasa di Mindanao, Mahkamah Agung dan kelompok Islam militan yang sejak awal menentang perjanjian damai.
Salah satu kelompok tersebut yakni Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro (BIFF). Menurut juru bicara BIFF, Abu Missry Mama, mereka bahkan akan terus berjuang melawan pemerintah Republik Filipina.
"Karena yang kami perjuangkan adalah kemerdekaan dan bukan yang lain," tegas Missry melalui sambungan telepon.
Namun, ancaman tersebut tidak membuat Aquino gentar. Dalam pidatonya, Aquino memperingatkan kelompok militan dan musuh-musuh politiknya bahwa dia siap menghancurkan siapa pun yang mencoba menghalangi perjanjian damai itu.
"Saya tidak akan membiarkan perdamaian kembali direbut dari rakyat Filipina. Mereka yang ingin menguji kami, akan berhadapan dengan hukum," tegas Aquino.
Kelompok pemberontak Muslim telah berjuang memperoleh kemerdekaan dari pemerintah Filipina sejak tahun 1970-an. Mereka menganggap wilayah bagian selatan Filipina itu sebagai daerah nenek moyang mereka yang tiba di sana pada abad ke-13 lalu.
Stasiun berita Channel News Asia Kamis kemarin melaporkan, nantinya saat menciptakan daerah otonomi itu, pemerintah akan bermitra dengan MILF. Pemimpin lokal setempat akan dipilih melalui proses pemilu pada pertengahan tahun 2016.
"Perjanjian komprehensif dengan Bangsamoro merupakan hadiah atas perjuangan kami," ungkap Ketua MILF, Murad Ebrahim, saat upacara penandatanganan di Istana Malacanang. Dengan adanya kesepakatan itu, lanjut Murad, aspirasi Bangsamoro dan komitmen Pemerintah Filipina kini sudah terikat.
Penandatanganan pakta damai itu, turut dihadiri langsung oleh Presiden Benigno Aquino dan lebih dari 1.000 orang lainnya. Aquino menyebut perjanjian damai itu jadi sebuah jalan menuju perubahan permanen di kawasan Mindanao.
Kendati demikian, tidak ada jaminan kesepakatan damai itu akan diberlakukan pada pertengahan tahun 2016 mendatang. Sebab, Aquino masih harus meyakinkan Kongres untuk meloloskan aturan dasar yang menjadi landasan bagi pembentukan daerah otonomi tersebut. Idealnya, Aquino sudah harus mampu melakukan pendekatan kepada Kongres hingga akhir tahun 2014.
Ada tiga pihak yang diduga dapat menghalangi proses perjanjian damai itu. Mereka yaitu politisi Kristen yang berkuasa di Mindanao, Mahkamah Agung dan kelompok Islam militan yang sejak awal menentang perjanjian damai.
Salah satu kelompok tersebut yakni Pejuang Pembebasan Islam Bangsamoro (BIFF). Menurut juru bicara BIFF, Abu Missry Mama, mereka bahkan akan terus berjuang melawan pemerintah Republik Filipina.
"Karena yang kami perjuangkan adalah kemerdekaan dan bukan yang lain," tegas Missry melalui sambungan telepon.
Namun, ancaman tersebut tidak membuat Aquino gentar. Dalam pidatonya, Aquino memperingatkan kelompok militan dan musuh-musuh politiknya bahwa dia siap menghancurkan siapa pun yang mencoba menghalangi perjanjian damai itu.
"Saya tidak akan membiarkan perdamaian kembali direbut dari rakyat Filipina. Mereka yang ingin menguji kami, akan berhadapan dengan hukum," tegas Aquino.
Kelompok pemberontak Muslim telah berjuang memperoleh kemerdekaan dari pemerintah Filipina sejak tahun 1970-an. Mereka menganggap wilayah bagian selatan Filipina itu sebagai daerah nenek moyang mereka yang tiba di sana pada abad ke-13 lalu.
Konflik ini menyebabkan jutaan orang di Mindanao yang kaya sumber alam hidup dalam kemiskinan. Bentrok antara tuan tanah Muslim dan Kristen juga kerap terjadi di wilayah ini, memaksa banyak orang mengungsi.
Berdasarkan data Channel News Asia, terdapat sekitar 10 juta umat Muslim di Filipina. Jumlah itu merupakan 10 persen dari seluruh populasi di sana. Sebagian besar dari mereka tinggal di bagian selatan Filipina.
Berdasarkan data Channel News Asia, terdapat sekitar 10 juta umat Muslim di Filipina. Jumlah itu merupakan 10 persen dari seluruh populasi di sana. Sebagian besar dari mereka tinggal di bagian selatan Filipina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar