BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 15 April 2011

Menteri Fadel Tolak Izin Impor 3 Juta Ton Ikan

RMOL. Menteri Kelautan dan Peri­kanan Fadel Muhammad secara tegas menolak permohonan 3 juta ton ikan impor yang datang melalui sepuluh provinsi yang me­miliki pelabuhan besar.

“Saya shock, ada orang minta izin (impor ikan) kepada saya me­lalui provinsi hampir men­dekati 3 juta ton. Saya bilang ka­­­­lian gila. Saya pastikan, se­la­ma saya masih menjadi men­teri, maaf tidak akan dapat izin sa­ma sekali. Nggak boleh, ke­cuali ikan yang khusus seperti amachi, salmon, itu boleh dan memang re­levan. Di luar itu, tidak bisa,” te­gas Fadel saat pe­luncuran pro­g­ram Mari Makan Ikan ber­sama Kamar Dagang dan Indus­tri (Kadin) di Jakarta, kemarin.

Menteri asal Partai Golkar itu tidak menampik permohonan ikan impor memang sudah ada sejak dulu. Tapi, pihaknya tidak menyangka begitu banyak per­mohonan untuk impor ikan. Padahal, pasokan ikan impor yang dibutuhkan dalam negeri hanya sekitar 5-6 persen.

“Sudah pasti 95 persen atau sekitar 2 juta lebih akan saya tolak. Aneh, kalau ada yang im­por ikan kembung, lajang, caka­lang, dan lele karena semuanya ada di dalam negeri,” katanya.

Menurut Fadel, ikan tersebut banyak diimpor dari China, Vietnam dan Thailand. Untuk itu, ke depan pihaknya akan mem­pertegas aturan impor ter­sebut ke dalam peraturan men­teri. Jika pelaku industri me­ngatakan kekurangan bahan baku, pihaknya yang nantinya mengatur supaya kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi.

Dengan mendorong pening­katan produksi dan pengolahan dalam negeri, kekurangan akan bisa diatasi secara bertahap.

Fadel juga menyinggung masalah perdagangan bebas. Dia mengaku tidak keberatan itu diterapkan, asal difungsikan dengan benar.

“Saya orang yang menga­takan free trade boleh, tapi un­tuk kesejahteraan rakyat bukan yang asal. Tapi saya yakin ini ke depannya untuk kesejah­te­raan rakyat juga kok,” ujarnya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, dibandingkan dengan negara-negara tetangga, tingkat kon­sumsi ikan di Indonesia masih sangat minim.

Tercatat tingkat konsumsi ikan nasional tahun 2010 hanya mencapai 30,47 kilogram per kapita per tahun, ini masih jauh jika dibandingkan Malaysia yang telah mencapai 55,4 kilo­gram per kapita per tahun. Apalagi jika dibandingkan dengan Jepang yang mampu mencapai 250 kilogram per kapita per tahun.

“Saya heran, protein terbesar ada di ikan, tapi kenapa orang milih makan daging. Makanya saya terus mempromosikan makan ikan supaya bangsa kita bisa hebat,” tandas Fadel.

Di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum Kadin Yugi Pra­yanto mengatakan, saat ini pihaknya bersama KKP tengah berupaya mengembangkan sek­tor kelautan dan perikanan.

Menurutnya, ini menjadi acu­an pemerintah dan dunia usa­ha untuk bersinergi mening­katkan kesejahteraan masyarakat.

“Jika tingkat konsumsi ma­syarakat kita tinggi, semakin tinggi pula dorongan pr­o­duk­tivitas perikanan dan ke­lautan Indonesia. Jadi, potensinya dapat tergali dengan optimal dan dapat menciptakan lapa­ngan kerja baru, serta ber­kontribusi terhadap pertum­buhan ekonomi nasional,” jelas Yugi.   [RM]

Tidak ada komentar: