RMOL. Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad secara tegas menolak permohonan 3 juta ton ikan impor yang datang melalui sepuluh provinsi yang memiliki pelabuhan besar.
“Saya shock, ada orang minta izin (impor ikan) kepada saya melalui provinsi hampir mendekati 3 juta ton. Saya bilang kalian gila. Saya pastikan, selama saya masih menjadi menteri, maaf tidak akan dapat izin sama sekali. Nggak boleh, kecuali ikan yang khusus seperti amachi, salmon, itu boleh dan memang relevan. Di luar itu, tidak bisa,” tegas Fadel saat peluncuran program Mari Makan Ikan bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Jakarta, kemarin.
Menteri asal Partai Golkar itu tidak menampik permohonan ikan impor memang sudah ada sejak dulu. Tapi, pihaknya tidak menyangka begitu banyak permohonan untuk impor ikan. Padahal, pasokan ikan impor yang dibutuhkan dalam negeri hanya sekitar 5-6 persen.
“Sudah pasti 95 persen atau sekitar 2 juta lebih akan saya tolak. Aneh, kalau ada yang impor ikan kembung, lajang, cakalang, dan lele karena semuanya ada di dalam negeri,” katanya.
Menurut Fadel, ikan tersebut banyak diimpor dari China, Vietnam dan Thailand. Untuk itu, ke depan pihaknya akan mempertegas aturan impor tersebut ke dalam peraturan menteri. Jika pelaku industri mengatakan kekurangan bahan baku, pihaknya yang nantinya mengatur supaya kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi.
Dengan mendorong peningkatan produksi dan pengolahan dalam negeri, kekurangan akan bisa diatasi secara bertahap.
Fadel juga menyinggung masalah perdagangan bebas. Dia mengaku tidak keberatan itu diterapkan, asal difungsikan dengan benar.
“Saya orang yang mengatakan free trade boleh, tapi untuk kesejahteraan rakyat bukan yang asal. Tapi saya yakin ini ke depannya untuk kesejahteraan rakyat juga kok,” ujarnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, dibandingkan dengan negara-negara tetangga, tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih sangat minim.
Tercatat tingkat konsumsi ikan nasional tahun 2010 hanya mencapai 30,47 kilogram per kapita per tahun, ini masih jauh jika dibandingkan Malaysia yang telah mencapai 55,4 kilogram per kapita per tahun. Apalagi jika dibandingkan dengan Jepang yang mampu mencapai 250 kilogram per kapita per tahun.
“Saya heran, protein terbesar ada di ikan, tapi kenapa orang milih makan daging. Makanya saya terus mempromosikan makan ikan supaya bangsa kita bisa hebat,” tandas Fadel.
Di tempat yang sama, Wakil Ketua Umum Kadin Yugi Prayanto mengatakan, saat ini pihaknya bersama KKP tengah berupaya mengembangkan sektor kelautan dan perikanan.
Menurutnya, ini menjadi acuan pemerintah dan dunia usaha untuk bersinergi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Jika tingkat konsumsi masyarakat kita tinggi, semakin tinggi pula dorongan produktivitas perikanan dan kelautan Indonesia. Jadi, potensinya dapat tergali dengan optimal dan dapat menciptakan lapangan kerja baru, serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas Yugi. [RM]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar