Palu (ANTARA News) - Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana menyatakan bahwa kerusuhan di Pulau Tiaka, Kabupaten Morowali, Senin (22/8) sore dipicu oleh tuntutan warga Desa Kolo Bawah, Kecamatan Mamosalato yang telah beberapa kali dijanjikan namun belum direalisasikan oleh investor minyak Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Medco E&P Tomori.
"Informasinya dulu perusahaan janjikan kepada warga soal penyediaan listrik dan fasilitas umum lainnya, tetapi sampai sekarang belum terealisasikan," kata Kapolda Dewa Parsana kepada wartawan di Palu, Senin.
Atas janji yang tidak direalisasikan perusahaan itulah, masyarakat setempat berkumpul dan mendatangi Pulau Tiaka untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan. Namun massa kecewa karena gagal dalam negosiasi.
Amuk massa dan bentrokan dengan aparat kepolisian setempat pun tak terhindarkan.
"Warga mau negosiasi dengan bos perusahaan itu tetapi gagal karena belum sampai, masih di Jakarta," kata mantan Wakapolda Sulteng itu.
Menurut Kapolda, polisi awalnya sudah melakukan langkah-langkah persuasif dan mengimbau massa agar tidak melakukan tindakan anarkis.
Namun tindakan yang membabi buta oleh massa, lanjut dia, memaksa aparat kepolisian bertindak tegas di lapangan dengan melepaskan tembakan ke arah perusuh setelah sebelumnya didahului dengan tembakan peringatan ke udara.
Massa merusak fasilitas, termasuk membakar sumur minyak milik investor JOB Pertamina-Medco E&P Tomori di Pulau Tiaka.
Tidak hanya itu, kata Kapolda, Kapolres Morowali AKBP Suhirman juga sempat diancam dengan clurit oleh massa di bagian lehernya, namun berhasil diselamatkan.
"Iya, Kapolres juga diancam dengan menggunakan clurit yang diarahkan ke lehernya, tetapi sudah aman," katanya.
Akibat bentrokan itu, satu orang tewas dan empat lainnya mengalami luka setelah terkena tembakan aparat.
Belum diketahui pasti identitas warga yang tewas tertembak itu, namun salah satu korban luka diketahui bernama Andri Muhammad Sondeng.
Korban Andri diketahui merupakan Koordinator Lapangan Aksi itu dan kini masih dirawat di RSUD Kota Luwuk, Kabupaten Banggai.
Sementara itu, Kapolres Suhirman menjelaskan, insiden itu berawal pada Minggu dan mencapai puncak pada Senin sore, ketika tiba-tiba ratusan warga dari daratan Mamosalato masuk Pulau Tiaka menggunakan kapal motor dan melakukan pengrusakan.
"Mereka membawa parang, tombak, clurit, petasan dan bom molotov lalu merusak perkantoran dan seluruh sarana dan fasilitas milik perusahaan di Tiaka," ujarnya.
Massa juga mencoba melempari sumur bor dengan bom molotov, padahal sumur bor itu mengandung zat kimi beracun jenis H2S yang sangat berbahaya bagi manusia dan mahluk hidup lainnya.
Polisi sudah mengevakuai semua penghuni Pulau Tiaka yang umumnya pekerja dan karyawan JOB Pertamina-Medco E&P Tomori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar