Jakarta (ANTARA News) - Hasil kajian Tim Investigasi lapangan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terhadap Jembatan Kutai Kertanegara menyebutkan ada kesalahan pada geometri sistem sambungan dari jembatan tersebut.
"Ada kesalahan pada geometri sistem sambungan yang menimbulkan stress konsentrasi ketika kelebihan beban," kata Ketua Tim Investigasi lapangan BPPT Sudarmadi usai Refleksi Akhir Tahun BPPT di Jakarta, Selasa.
Kesalahan berikutnya adalah material sambungan yang getas atau tidak ulet di mana material untuk sistem sambungan antara penggantung, dan kabel utama terbuat dari besi cor padahal seharusnya berbahan baja.
Selain itu ada kesalahan metode perbaikan ketika jembatan itu melengkung. Diperbaiki dengan cara dinaikkan padahal belum diketahui penyebab turunnya, ujarnya.
"Posisi baut stopper pada bagian bawah penggantung dinaikkan untuk recambering jembatan. Akibatnya terjadi pemusatan beban pada penggantung tersebut dan pin klem penggantung ke kabel utama patah," katanya.
Setelah penggantung yang mengalami pemusatan beban gagal, penggantung ini menerima limpahan beban dari penggantung lainnya, ditambah beban kejut.
Akibatnya pin klem penggantung ke kabel utama patah dan demikian seterusnya sehingga seluruh rangka jembatan baja runtuh, ujarnya.
Menurut dia seharusnya ketika terjadi penurunan, keenam penggantung secara bersama diangkat, kemudian dipasang sensor-sensor agar diketahui tegangan pada penggantung.
Dari sampel bekas patahan dari pin yang ditemukan, urainya, bisa diketahui kekuatan dari jembatan dalam menanggung beban yang terus-menerus, atau adakah cacat bawaan dari disain atau adakah korosi pada sistem sambungannya.
Deputi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Ridwan Djamaluddin, mengatakan, BPPT juga telah meminjamkan peralatan sonar dan multibeam echosounder dalam melakukan survei bawah air di runtuhan jembatan Kukar.
"Tanpa alat ini disebutkan mereka, tim penyelamat korban tak bisa berbuat banyak dan seperti tak memiliki mata di tengah air keruh di kedalaman 40 meter," katanya.
Jembatan di atas Sungai Mahakam itu dibangun 10 tahun lalu oleh PT Hutama Karya dan diawasi PT Bukaka, namun runtuh pada 26 November 2011.(*)
D009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar