RMOL.Kinerja keuangan PT Merpati Nusantara Airlines yang berdarah-darah hampir membuat riwayat maskapai pelat merah itu tamat. Namun, nyawa Merpati batal dicabut karena muncul ide-ide segar dan optimisme manajemen plus karyawan.
Komisaris Utama PT Merpati Nusantara Airlines Said Didu yakin Merpati bisa mengudara tahun depan tanpa menanggung kerugian. Untuk itu, manajemen Merpati telah melakukan berbagai efisiensi demi mengurangi biaya operasional perusahaan.
“Yang pasti, target tahun depan bisa meraih laba operasional. Tahun 2014, kami targetkan omzet Rp 5 triliun per tahun,” jelas Said kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Bahkan Said optimistis, suntikan dana yang disepakati pemerintah dan DPR sebesar Rp 561 miliar bisa bermanfaat untuk mengembangkan Merpati.
Terkait target laba tahun depan, Said belum berani menyebutkan angkanya. Dia mengaku sedang menunggu pengesahan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) oleh Kementerian BUMN. Meski pihaknya telah mengusulkan angka, namun belum bisa disampaikan karena menunggu pengesahan dari BUMN.
Anggota komisi VI DPR Dodi Reza menilai, manajemen Merpati masih perlu mendapat dukungan dari pemerintah. Menurutnya, sebagai pionir penerbangan antar pulau, Merpati harus diberikan kepercayaan dalam menyelesaikan masalah utangnya. Penempatan manajemen Merpati harus diawasi negara dengan meletakkan sumber daya manusia (SDM) yang cakap.
“Jangan Merpati yang ditutup. Langkah alternatifnya bisa berupa melakukan efisiensi dengan penghematan biaya. Pemerintah juga harus menjaga kedaulatan maskapai penerbangan lokal,” jelas Dodi kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan hampir putus asa dan berniat menutup maskapai yang selalu merugi itu. Menurutnya, upaya restrukturisasi Merpati telah menghabiskan energi luar biasa. Beberapa kali telah menerima suntikan dana, tetap saja kinerja keuangan Merpati belum menunjukkan perubahan.
Dahlan bahkan sempat ragu menyuntikkan dana sebesar Rp 561 miliar yang berasal dari Penyertaan Modal Negara (PNM).
“Harus ada jaminan dengan suntikan tersebut, Merpati bisa hidup dan berkembang. Tidak seperti suntikan-suntikan uang ratusan miliar di masa lalu. Sudah terlalu besar negara menyuntik Merpati tapi hasilnya masih begitu-begitu saja,” ujar Dahlan saat rapat bersama karyawan Merpati di kantornya, Sabtu (24/12).
Saking gemasnya, bekas Dirut PLN itu membandingkan prospek Merpati dengan perkebunan kelapa sawit. Menurutnya, suntikan dana Rp 561 miliar lebih baik dibelikan kebun kelapa sawit, kemudian tiap karyawan Merpati mendapat pesangon pensiun 2 hektare (ha) kebun sawit.
“Memiliki kebun sawit 2 hektare lebih memberikan masa depan daripada terus menjadi karyawan Merpati,” kata Dahlan.
Namun, saat itu mayoritas karyawan Merpati menolak usulan Dahlan tersebut.
“Salah Pak Dahlan! Bukan kami takut menjadi petani sawit, tapi Merpati masih punya peluang besar,” kata seorang karyawan Merpati, yang ikut rapat di Kantor Kementerian BUMN itu.
Saat ini, pendapatan Merpati tercatat sebesar Rp 133 miliar per bulan. Sementara pengeluarannya mencapai Rp 178 miliar per bulan. Berbagai upaya penghematan telah ditempuh untuk memperbaiki kinerja keuangan BUMN ‘dhuafa’ ini.
Salah satunya dengan meram-pingkan manajemen Merpati. Jabatan Wakil Direktur Utama (Wadirut) Merpati sudah dihapus. Jumlah direktur juga sudah dikurangi. Dengan langkah itu, diharapkan manajemen Merpati bisa lebih lincah sehingga “si burung besi” pun bisa terbang tinggi dan tak lagi merugi. [Harian Rakyat Merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar