VIVAnews - Iti Sarniti tak mampu menahan tangis saat menceritakan perasaannya yang berkecamuk, menanti kepastian nasib anaknya, Tuti Tursilawati, tenaga kerja wanita (TKW) yang terancam hukuman pancung di Arab Saudi.
"Saya sakit karena memikirkan Tuti. Saya tidak mau hukuman itu terjadi," kata Iti sesenggukan, saat dihubungi VIVAnews.com, Senin 26 Desember 2011 malam.
"Saya mohon, seribu kali mohon, saya dibantu menyelamatkan Tuti karena itu harapan keluarga semua. Tolong, selamatkan, bantu, jangan sampai hukuman pancung itu terjadi."
Saat diberi tahu bahwa Pangeran Al Walid bin Talal Al Saud, salah satu orang paling berpengaruh, juga kaya raya di Arab Saudi sudah menyatakan bersedia membantu Tuti, Iti mengaku gembira.
"Saya mohon terhadap dia, tolong bantu, selamatkan Tuti. Kami mengharapkan Tuti selamat, itu saja. Dia datang selamat, pulang juga dengan selamat. Mohon sekali, sampai anak saya itu bisa pulang lagi dan kumpul lagi dengan keluarga."
Iti menceritakan, dia terakhir berkomunikasi dengan Tuti Minggu lalu. Lewat telepon. "Tuti tanya kabar saya sehat apa tidak, saya jawab sehat. Kemudian saya tanya Tuti, bagaimana kesehatannya, dia bilang sehat, Alhamdulillah," kata Iti.
Hanya itu saja yang dibicarakan saat itu, tak menyinggung soal ancaman pancung. Iti tak tahu apakah Tuti sudah mengetahui soal itu. Ia juga tak berani bilang apa-apa. "Saya tidak bilang. Saya nggak berani, bagaimana perasaan dia kalau saya kasih tahu. Saya takut dia syok. Dia mungkin juga belum tahu. Mudah-mudahan saja, semuanya bisa bantu," kata dia.
Selain menunggu kabar nasib anaknya, Iti juga menanti kepastian rencananya terbang ke Arab Saudi menemui Tuti. "Ibu Rieke Diah Pitaloka SMS, beliau bilang lagi diusahakan minta didoakan saja. Saya tidak mungkin berhenti berdoa, saya selalu berdoa. Mengaji, terus ada pengajian di rumah sampai sekarang. Sampai kapan pun saya tetap doakan Tuti terus," kata dia.
Sebelumnya, saat bertemu dengan mantan Presiden, BJ Habibie, dan Satgas Penanganan TKI, Pangeral Al Walid berjanji akan membantu upaya pembebasan Tuti. Ia bersedia memperjuangkan adanya pemaafan dan terlebih dulu akan mengecek permasalahan secara rinci.
Meski ada harapan baru dari Sang Pangeran, Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Nisma Abdullah mengaku pesimistis. "Kami pesimis, karena waktu Tuti bisa diselamatkan tinggal satu bulan lagi. Anggota Satgas TKI Humphrey Djemat saat ketemu di Hotel Haris menyatakan waktu pemancungan Tuti tinggal 40 hari. Sangat-sangat kecil kemungkinannya untuk diselamatkan," kata Nisma saat berbincang dengan VIVAnews.com, Senin 26 Desember 2011.
Ia minta, di waktu yang mepet ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terjun langsung dalam proses penyelamatan Tuti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar