Jakarta - Gelar profesor Rhoma Irama masih diperbincangkan publik. Gelar itu terpampang pada baliho 'Presiden Kita Bersama: Profesor Rhoma Irama' di daerah Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Di internet disebutkan, Rhoma mendapat gelar profesor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut. Rhoma mendapatkan gelar tersebut pada Februari 2005.
Namun universitas tempat Rhoma menerima gelar dipertanyakan kredibilitasnya. Universitas itu tidak mempunyai murid sama sekali di Amerika Serikat dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga non-AS di luar negeri. Selain itu, universitas ini tidak diakreditasikan oleh pemerintah negara bagian Hawaii.
Berikut pendapat para tokoh tentang gelar profesor Rhoma, seperti dikutip detikcom, Rabu (26/2/2014):
1. Dirjen Dikti
Dirjen Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Djoko Santoso Kemendikbud mengatakan, gelar profesor honoris causa tidak dikenal dalam dunia pendidikan.
"Honoris causa kalau profesor itu nggak ada. Kalau doktor itu ada," kata Dirjen Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Djoko Santoso, pada detikcom di gedung Kemendikbud, Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (25/2/2014).
Ia memastikan hanya ada gelar doctor honoris causa. "Profesor (HC) itu saya pastikan di kita nggak ada," lanjutnya.
Ia menjelaskan ada mekanisme yang harus dilalui seseorang untuk mendapatkan gelar honoris causa. Tak hanya itu, universitas yang akan memberikan gelar tersebut juga harus berkoordinasi dengan pihak Kemendikbud.
"Aturan baru kita pakai UU no 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi. Sistemnya universitas yang akan memberikan gelar harus memberitahu pada kita dulu," lanjutnya.
Djoko enggan berkomentar tentang maraknya pemberian gelar honoris causa pada seseorang menjelang pemilu 2014. Ia berharap pemberian gelar tersebut memang berdasarkan kapasitas keilmuan yang menerima.
"Yang kita butuhkan adalah kompetensi bukan nama orangnya," pungkasnya.
"Honoris causa kalau profesor itu nggak ada. Kalau doktor itu ada," kata Dirjen Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Djoko Santoso, pada detikcom di gedung Kemendikbud, Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (25/2/2014).
Ia memastikan hanya ada gelar doctor honoris causa. "Profesor (HC) itu saya pastikan di kita nggak ada," lanjutnya.
Ia menjelaskan ada mekanisme yang harus dilalui seseorang untuk mendapatkan gelar honoris causa. Tak hanya itu, universitas yang akan memberikan gelar tersebut juga harus berkoordinasi dengan pihak Kemendikbud.
"Aturan baru kita pakai UU no 12 tahun 2012 tentang perguruan tinggi. Sistemnya universitas yang akan memberikan gelar harus memberitahu pada kita dulu," lanjutnya.
Djoko enggan berkomentar tentang maraknya pemberian gelar honoris causa pada seseorang menjelang pemilu 2014. Ia berharap pemberian gelar tersebut memang berdasarkan kapasitas keilmuan yang menerima.
"Yang kita butuhkan adalah kompetensi bukan nama orangnya," pungkasnya.
2. Prof Hendrawan
Guru Besar Universitas Satya Wacana (USW) Prof Hendrawan Supratikno mempertanyakan gelar Rhoma.
"Maaf, saya belum pernah membaca telaah ilmiah dari Rhoma, yang saya dengar baru lagu-lagu ciptaannya dan film yang dibintanginya," tutur Prof Hendrawan saat berbincang dengan detikcom, Selasa (25/2/2014).
Politisi senior PDIP tersebut menjabarkan makna dari sebuah gelar profesor. Menurut dia gelar tersebut merupakan sebuah tanggung jawab akademis.
Profesor berasal dari kata "to profess" atau "berani menyatakan". Dalam dunia akademik berarti berani menyatakan kebenaran berdasar kaidah dasar keilmuan.
Kaidah dasar keilmuan menurut Prof Hendrawan adalah universalitas, komunalitas, tanpa pamrih, dan skeptisisme secara teratur. Gelar tersebut bukan sekadar gaya.
Sementara Rhoma mendapat gelar profesor honoris causa dari American University of Hawaii (AUH). Lembaga tersebut menyediakan kuliah virtual bagi semua orang tanpa pandang batasan negara dan usia.
"Kalau doktor honoris causa saya paham. Bagi saya selama gelar diberikan oleh lembaga pendidikan yang prestisius, itu bagus. Soalnya sekarang banyak lembaga abal-abal di luar negeri yang jual beli gelar kehormatan," papar Hendrawan.
"Maaf, saya belum pernah membaca telaah ilmiah dari Rhoma, yang saya dengar baru lagu-lagu ciptaannya dan film yang dibintanginya," tutur Prof Hendrawan saat berbincang dengan detikcom, Selasa (25/2/2014).
Politisi senior PDIP tersebut menjabarkan makna dari sebuah gelar profesor. Menurut dia gelar tersebut merupakan sebuah tanggung jawab akademis.
Profesor berasal dari kata "to profess" atau "berani menyatakan". Dalam dunia akademik berarti berani menyatakan kebenaran berdasar kaidah dasar keilmuan.
Kaidah dasar keilmuan menurut Prof Hendrawan adalah universalitas, komunalitas, tanpa pamrih, dan skeptisisme secara teratur. Gelar tersebut bukan sekadar gaya.
Sementara Rhoma mendapat gelar profesor honoris causa dari American University of Hawaii (AUH). Lembaga tersebut menyediakan kuliah virtual bagi semua orang tanpa pandang batasan negara dan usia.
"Kalau doktor honoris causa saya paham. Bagi saya selama gelar diberikan oleh lembaga pendidikan yang prestisius, itu bagus. Soalnya sekarang banyak lembaga abal-abal di luar negeri yang jual beli gelar kehormatan," papar Hendrawan.
3. Jokowi
Sebagai penggemar Rhoma Irama, Gubernur DKI Jakarta Jokowi mengaku tidak pernah mengetahui gelar profesor idolanya itu.
"Saya nggak tahu. Sebagai penggemar, saya nggak tahu soal itu," kata Jokowi menjawab pertanyaan wartawan di kawasan Meruya Ilir, Jakarta Barat, Selasa (25/2/2014).
"Beneran, saya nggak tahu soal itu," tambahnya.
"Saya nggak tahu. Sebagai penggemar, saya nggak tahu soal itu," kata Jokowi menjawab pertanyaan wartawan di kawasan Meruya Ilir, Jakarta Barat, Selasa (25/2/2014).
"Beneran, saya nggak tahu soal itu," tambahnya.
4. Marwan Jafar
Ketua Fraksi PKB DPR RI Marwan Jafar heran dengan gelar profesor Rhoma. Partai yang 'menampung' Rhoma sebagai capres PKB ini belum tahu atas gelar tersebut.
"Gelar apa? Saya malah belum tahu itu. Profesornya dari mana?" kata Marwan saat dikonfirmasi, Selasa (25/2/2014).
Marwan Jafar kemudian mempertanyakan legitimasi gelar tersebut. "Apa iya? Dari universitas apa?" tanya dia.
Marwan pun belum mengetahui adanya baliho yang dipasang di bilangan Jakarta Selatan tersebut. Apakah gelar ini berpengaruh terhadap elektabilitas Rhoma sebagai capres PKB?
"Gelar apa? Saya malah belum tahu itu. Profesornya dari mana?" kata Marwan saat dikonfirmasi, Selasa (25/2/2014).
Marwan Jafar kemudian mempertanyakan legitimasi gelar tersebut. "Apa iya? Dari universitas apa?" tanya dia.
Marwan pun belum mengetahui adanya baliho yang dipasang di bilangan Jakarta Selatan tersebut. Apakah gelar ini berpengaruh terhadap elektabilitas Rhoma sebagai capres PKB?
5. Prof Yusril
Capres PBB Yusril Ihza Mahendra merasa tak enak berkomentar soal gelar yang didapat Rhoma dari Amerika tersebut.
"Ah saya tidak enak kalau harus berkomentar. Nanti publik menilai saya memojokkan beliau, jadi biarkan saja," ujar Prof Yusril saat dikonfirmasi, Selasa (25/2/2014).
"Ah saya tidak enak kalau harus berkomentar. Nanti publik menilai saya memojokkan beliau, jadi biarkan saja," ujar Prof Yusril saat dikonfirmasi, Selasa (25/2/2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar