BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 20 Maret 2014

Pilot Kanada Beberkan Teori Paling Masuk Akal Soal Pesawat MAS MH370

Rita Uli Hutapea - detikNews

Kuala Lumpur, - Sepekan lebih sudah pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 hilang. Berbagai teori mulai dari pembajakan, serangan teroris dan lainnya ramai dibahas para ahli. 

Rumah pilot dan kopilot pun telah digeledah. Keterkaitan dengan teroris pun telah diselidiki. Latar belakang penumpang dan kemungkinan motif telah diselidiki. Namun hingga kini, kita belum mengetahui apa yang terjadi pada pesawat Boeing 777-200ER tersebut. Mungkin saja, itu karena kita terlalu berlebihan memikirkannya.

Seorang pilot veteran, Chris Goodfellow seperti dilansir News.com.au, Rabu (19/3/2014) punya keyakinan lain akan apa yang terjadi pada pesawat MH370. Bahkan sejumlah pihak menyebut teori ini sebagai yang paling masuk akal.

Menurut pilot Kanada itu, pesawat MAS mungkin menjadi korban kebakaran, bukan pembajakan. Dikatakannya, gerakan pesawat yang tiba-tiba membelok ke kiri merupakan bukti kunci.

"Kami para pilot lama dilatih untuk tahu bandara apa yang paling dekat selagi mengudara," tulis Goodfellow dalam postingannya di Google+. "Ketika saya melihat belok kiri tersebut, insting saya mengatakan dia mengarah ke sebuah bandara," imbuhnya.

Dijelaskan pilot kawakan itu, tak lama setelah lepas landas, asap mulai memenuhi kokpit pesawat MH370. Asap ini bisa berasal dari kebakaran pada roda pendaratan depan yang muncul saat lepas landas. Sang pilot pun segera melakukan persis yang telah dipelajarinya dalam pelatihan: menemukan bandara terdekat dan berputar ke arahnya sehingga pesawat bisa didaratkan.

Menurut Goodfellow, bandara terdekat saat itu adalah di Pulau Langkawi, Malaysia. Sang pilot pun memprogram destinasi dalam komputer penerbangan. Program auto-pilot kemudian membuat pesawat putar balik ke arah barat untuk mengarah langsung ke Pulau Langkawi.

Sementara itu, pilot dan kopilot mencoba menemukan sumber asap dan api, namun kemudian asap semakin banyak memenuhi kokpit, bahkan mungkin api pun kian membesar. Situasi ini bisa mematikan sistem pesawat satu per satu, termasuk transponder. Pilot dan kopilot pun pingsan atau bahkan meninggal.

Karena tak ada yang menginstruksikan auto-pilot untuk mendarat, pesawat pun terus terbang berdasarkan arah yang diprogram terakhir: di atas Pulau Langkawi dan terus ke Samudera Hindia. Sampai akhirnya, 6 atau 7 jam setelahnya, pesawat pun kehabisan bahan bakar dan jatuh.

"Kita akan menemukannya di sepanjang rute ini -- mencarinya di tempat lain adalah sia-sia," ujar Goodfellow dengan yakin.

Tidak ada komentar: