Jpnn
JAKARTA--Suasana berbeda
terasa di Kementerian Perikanan dan Kelautan saat acara serah terima
jabatan Susi Pudjiastuti dengan menteri sebelumnya, Sharief Cicip
Sutarjo, Rabu (29/10).
Ratusan pegawai kementerian tersebut, tampak tak sabar menyambut kedatangan menteri baru itu.
Saat sosok Susi yang terkenal eksentrik
masuk, semua pegawai langsung menyambutnya dengan sorak-sorai. Susi yang
tampil beda dengan kebaya dan sanggul ala Raden Ajeng Kartini langsung
menyapa para pegawainya sebelum naik ke podium yang telah disiapkan.
Susi termasuk orang yang blak-blakan dan
humoris. Ketika memberikan sambutan, ia tak henti-hentinya memunculkan
banyolan yang membuat semua yang hadir tertawa.
Dalam hal ini, Susi menyadari betul bahwa
ia banyak mendapat sorotan, oleh karena itu ia meminta para pegawai
untuk mengingatkannya.
"Saya sedang belajar jadi kalau ada
hal-hal yang tidak pantas, tidak layak, ada yang bilang "Bu Menteri
jangan gitu". Saya merasa tidak ada yang negur, karena nyebutnya 'Bu
Menteri'. Siapa Bu Menteri. Kalau panggil saya, Bu Susi, tahu saya, jadi
kalau ingetin jangan sebut Bu Menteri, saya tenang saja karena nama
saya bukan Bu Menteri," canda Susi pada para pegawainya.
Cicip yang berada di samping Susi pun tak kuasa menahan tawa setiap kali ia bercanda dalam sambutan.
Meski sudah banyak pengalaman di bidang
bisnis perikanan sekitar 33 tahun dan penerbangan 10 tahun, Susi tak
menyombongkan dirinya. Wanita yang tak menyelesaikan pendidikannya di
bangku SMA itu justru merendah dan bangga bisa bekerja dengan para
eselon I yang menurutnya sangat berbakat.
"Tadinya saya sedikit ragu, karena saya
tahu hampir semua eselon I ini akademisi yang handal semua. Doktor,
profesor. Dengan ijazah saya, mau apa saya ini ngobrol dengan
bapak-bapak. Tapi saya surprise sendiri, kita bisa bicara time along
sampai sore. Mudah-mudahan oke kita bekerja dengan baik," kata Susi.
Susi yang sangat fasih berbahasa Inggris
ini tak sungkan mengajak para pegawainya untuk bahu membahu-bahu
menyelesaikan program pemerintah yang lebih cepat dan efisien.
"Jadi Bapak dan Ibu semua, siap bekerja bantu saya," seru Susi pada para pegawainya. Semua serentak menjawab siap.
"Siap bekerja siang malam?" tanyanya lagi sambil tertawa. Sebagian pegawai menjawab siap, sedangkan sisanya tertawa.
"Lho kok ketawa, siap bekerja siang malam
dengan saya enggak nih?" tanya Susi lagi sambil tertawa. Semua pun
menjawab siap sambil tertawa.
Menurut salah satu pegawai Kementerian
Kelautan dan Perikanan yang tak ingin disebutkan namanya, sejak Susi
menjadi menteri ada aturan kerja baru yang diterapkan.
Jam kerja pegawai pukul 08.00-16.00 WIB
diganti menjadi pukul 07.00-15.00 WIB. Alasannya, agar para pegawainya
bisa terhindar dari kemacetan.
"Menurut Bu Susi kalau pulang cepat waktu
untuk berkumpul dengan keluarga pun jadi lebih cepat," tutur pegawai
tersebut. Para pegawai menerima aturan baru itu dengan senang hati.
Pegawai itu menyebut, Susi adalah sosok
yang fleksibel dan cekatan. Cara bicaranya pun lebih luwes dibanding
menteri-menteri sebelumnya yang sangat formal dalam berbicara.
Seperti diketahui, Susi Pujiastuti adalah
wanita pebbisnis yang merangkak dari bawah. Dilahirkan dari kalangan
pedagang, Susi memulai karirnya sebagai pedagang ikan segar. Ia sukses
di industri perikanan modern dan penerbangan carter beraset ratusan
miliar rupiah.
Masing-masing adalah PT ASI Pujiastuti
Marine Product yang bergerak di bisnis perikanan, dan Susi Air yang
merupakan maskapai sewa dengan hampir 50 pesawat propeler jenis Cessna
Grand Caravan dan Avanti. Dari dua perusahaan itu, Susi bisa menghidupi
ribuan karyawan.
Seusai memutuskan keluar dari bangku SMA
di daaerah perbatasan Cilacap dengan Jawa Barat, Jawa Tengah, pada 1983,
Susi mulai menjalani pekerjaannya sebagai pengepul ikan dengan modal
pas-pasan.
Usahanya terus berkembang. Tidak puas
hanya berbisnis ikan laut di satu daerah, Susi mulai melirik daerah
Pangandaran di pantai selatan Jawa Barat. Di sana usaha perikanannya
maju pesat. Jika semula dia hanya memperdagangkan ikan dan udang, maka
Susi mulai memasarkan komoditas yang lebih berorientasi ekspor, yaitu
lobster.
Dia membawa dagangannya sendiri ke Jakarta
untuk ditawarkan ke berbagai restoran seafood dan diekspor. Karena
besarnya permintaan luar negeri, untuk menyediakan stok lobster, Susi
pun harus berkeliling Indonesia mencari sumber suplai lobster. Ia lalu
membeli pesawat jenis Cessna agar memudahkan pemasarannya. Alat
transportasi itu sangat membantunya mengangkut lobster dari daerah ke
daerah lainnya. (flo/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar