Oleh: Teguh Setiawan
INILAHCOM. Brisbane -- Motif pembunuhan Mayang Prasetyo mulai
terungkap. Marcus Volke, pasangan dan pembunuh transgender asal
Indonesia itu, kerap memaksa Mayang keluar dari rumah pelacuran legal
dan menjadi pelacur swakerja.
Ivan Gneil, pemilik rumah
pelacuran Pleasure Dome di Melbourne, mengatakan Volke mengarahkan
Mayang ke jalan sesat. "Ia kerap memaksa Mayang keluar dari rumah
pelacuran legal, dan masuk ke bisnis seks ilegal dengan menjadi pelacur
swakerja," ujar Gneil kepada news.com.au
Mayang, masih menurut Gneil, kerap menolak. Akibatnya, hubungan keduanya tak harmonis, dan kerap diwarnai kekerasan.
"Sekitar
18 bulan lalu, Mayang menghubungi saya dan mengatakan ingin kembali ke
Pleasure Dome tapi tidak sekarang," cerita Gneil.
"Saya tahu ia tidak bahagia, dan saya akan senang Mayang kembali," demikian Gneil.
Mengutip
sejumlah rekan dekat Mayang, Gneil mengatakan Volke ingin mendikte
Mayang, dengan menyuruh mengikuti jejaknya sebagai pelacur swakerja.
Mayang punya alasan kuat untuk menolak. Menjadi pelacur swakerja sangat
berisiko, karena tanpa perlindungan dari penipuan, kekerasan, bahkan
pembunuhan.
Menurut Gneil, cerita keduanya bertemu di kapal
pesiar adalah omong kosong. Sebelum pindah ke Brisbane, Mayang telah
bekerja di Pleasure Dome selama lima tahun.
"Selama lima tahun ia beberapa kali pulang ke Indonesia untuk waktu cukup lama, dan kembali lagi," cerita Gneil.
Volke,
demikian Gneil, menjajakan diri di Pleasure Dome selama dua setengah
tahun. Mayang mengisi 'akuarium' transgender dan Volke menghuni ruang
gigolo.
"Mayang benar-benar cantik," kenang Gneil. "Saya tidak
tahu Mayang dan Volke berhubungan, sampai keduanya pindah ke Brisbane
tahun 2012."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar