BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 21 Februari 2014

Ikutlah Memastikan TNI dan Polri Bertindak Netral dalam Pemilu

Oleh : Desk Informasi

Peran TNI dan Polri dalam pemilihan umum maupun pemilihan presiden sangatlah penting, karena TNI dan Polri diharapkan mampu menciptakan kondisi aman dan tertib dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu diharapkan TNI dan Polri bersikap netral agar pemilihan presiden berjalan secara demokratis yaitu jujur, langsung,umum, bebas dan rahasia. Namun masih ada juga beberapa oknum pejabat TNI dan Polri yang tidak netral dan cenderung memihak.
Dalam buku “SBY, Selalu Ada Pilihan” (SAP) yang diterbitkan Kompas (2014), Presiden SBY mengaku pernah menjadi korban dari ketidaknetralan TNI dan  Polri. Lebih tepatnya, oleh elemen-elemen yang ada di tubuh kedua institusi yang terhormat itu, yang pada rangkaian pemilu tahun 2004 yang lalu tampak tidak netral.  
“Sebagai manusia biasa tentu saya sedih dan kecewa. Mengapa almamater sendiri justru melakukan tindakan yang tidak adil.Banyak yang saya alami dan rasakan menyangkut ketidak-netralan TNI dan Polri pada pemilu 2004 dulu,” ungkap Presiden SBY di halaman 474 buku SAP.
SBY mengisahkan, ketika sedang mempersiapkan kampanye pada esok harinya, menjelang Pilpres 2004, ia bersama tim sukses melihat tayangan di sebuah televisi yang sangat mengejutkan. Seorang Komisaris Besar Polisi memberikan briefing di depan keluarga besarnya tentang siapa saja calon presiden (capres)  yang berkompetisi itu. Disamping Kombes itu mengarahkan harus memilih siapa, juga memberikan komentar negatif terhadap capres lain.
“Secara khusus, perwira menengah yang bersangkutan juga menyampaikan yang hadir waktu itu mengapa mereka tidak boleh memilih saya sebagai presiden. Saya yakin masyarakat luas juga menyaksikan tayangan televisi ini,” tulis Presiden SBY.
Kejadian lain yang dialami SBY di masa lalu adalah ketika ada semacam apel para komandan satuan di jajaran TNI yang intinya jangan memilih partai politik yang tidak segaris dengan kebijakan TNI. Untuk meyakinkan para komandan satuan yang merasa kebingungan mendengarkan instruksi dari para atasannya itu, ditunjukkanlah AD-ART Partai Demokrat yang dikatakan bertentangan dengan kebijakan TNI. Berhubung SBY juga berasal dari almamater yang sama dan banyak perwira TNI yang dekat dengan SBY melaporkan hal itu. Banyak lagi kejadian serupa yang dialami SBY kala itu. Tapi hal itu tak membuat SBY dan tim suksesnya patah semangat. Sampai akhirnya rakyat kemudian memilih beliau sebagai presiden.
Tak ingin pengalaman masa lalu terulang lagi, Presiden SBY selalu mengigatkan kepada TNI dan Polri untuk bersikap netral dalam proses demokrasi. “Netralitas TNI dan Polri itu bukan hanya harapan saya, juga bukan hanya harapan Panglima TNI dan Kapolri, tapi juga harapan para elit politik. Rakyat Indonesia juga ingin betul TNI dan polisi-nya netral.”
Karena itu, Presiden SBY selalu tegas menginstruksikan agar TNI dan Polri bersikap netral dalam Pemilu dan Pilpres. “Alhamdulillah, dalam pelaksanaan Pemilu 2009,  saya mendapat laporan bahwa TNI dan Polri telah menunjukkan netralitasnya,” Presiden SBY memberikan apresiasi. Ini tentu merupakan tonggak sejarah yang penting bagi perjalanan demokrasi negeri ini. (AJY/ES)

Tidak ada komentar: