BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Sabtu, 15 Februari 2014

Pedagang Blok G Tanah Abang: Kami Seperti Sudah Mati Digantung

VIVAnews - Nila Harmaini (40) dan Iyan (40) sudah 14 tahun menjajakan pakaian dan kerudung di Jakarta. Pasangan suami istri itu biasa berjualan di pinggir jalan dekat Pasar Blok B, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Namun, pertengahan tahun lalu mereka direlokasi ke tempat baru karena dianggap mengganggu jalan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memindahkan para pedagang kaki lima (PKL) di sana ke Pasar Blok G Tanah Abang.

Tanpa dipungut biaya, tentu saja saat itu rencana Pemprov bagaikan angin segar bagi para PKL, termasuk Nila dan Iyan.

"Waktu kami ditertibkan rasanya campur aduk, senang dan khawatir. Senang karena mendapat tempat, tapi khawatir juga karena pembeli," ujar Nila saat dtemui VIVAnews di Pasar Blok G, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat 14 Februari 2014.

Meski demikian, mereka tetap mengikuti arahan relokasi dari Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo itu. Lokasi baru itu pun menjadi rebutan, bukan hanya oleh PKL tapi juga warga yang ingin berdagang di Tanah Abang.
Pada 2 September 2013 Jokowi meresmikan Pasar Blok G. Empat bulan berjalan, pasar tiga lantai itu ramai dipenuhi pedagang.

Tapi, dua bulan belakangan ini, satu per satu para penghuni Pasar Blok G menghilang. Mereka memutuskan pergi, lantaran sedikitnya pembeli yang datang, terutama pedagang di lantai tiga dan lantai dua.

"Di lantai tiga perjanjiannya waktu itu khusus untuk penjual pakaian, lantai dua untuk sepatu dan aksesoris, dan lantai satu untuk para penjual kelontong dan daging," ucap Nila menjelaskan.

Sudah mati digantung tak bertali


Selama empat bulan berdagang di pasar itu, Nila mengaku kerudung yang ia jual baru laku empat. "Itu pun dua bulan lalu dan sampai sekarang belum ada yang laku lagi," ujar ibu dua orang anak itu.

Nila memilih bertahan. Dia tidak mengikuti jejak rekannya yang memutuskan angkat kaki dari pasar itu. Nila memang lebih beruntung karena memiliki beberapa lokasi lain untuk berjualan.

Senin dan Kamis misalnya, dia berjualan di Pasar Blok F. Kemudian Sabtu dan Minggu menjual barang dagangannya di Monas. "Jadi kami tidak akan meninggalkan tempat ini, karena yakin suatu saat akan ramai," kata Nila.

Nila berharap PD Pasar Jaya memperpanjang lokasi berjualan yang gratis itu. Sebab, kata dia, dalam waktu dekat masa promosi segera habis. "Hanya enam bulan, tapi kami minta diperpanjang lagi karena belum mendapat pemasukan. Bagaimana bisa membayar uang sewa kios ini nantinya."

"Kami seperti sudah mati digantung tak bertali. Ruang gerak terbatas. Di sini tak ada pemasukan, berdagang di luar (di jalanan) pun dilarang, dan biaya sewa sangat mahal," kata Nila. (eh)

Tidak ada komentar: