VIVAnews - Air laut di pantai Karangantu, Kecamatan Kasemen Kota Serang Banten tiba-tiba surut hingga 1 kilometer, beberapa waktu lalu. Fenomena alam ini sempat membuat khawatir warga karena mengira akan ada tsunami.
Namun, apa yang menyebabkan fenomena ini belum jelas betul. Untuk itu, Staf Khusus Presiden Andi Arief pun meminta lembaga terkait meneliti penyurutan air laut di Banten itu.
Andi mengatakan, ada beberapa pendapat berbeda mengenai penyurutan air laut itu. Pertama, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa penyurutan air laut itu merupakan siklus alam biasa saja. BMKG juga menyatakan, fenomena alam itu bukan karena naiknya aktivitas Gunung Anak Krakatau.
"Pendapat kedua, fenomena surut di Banten ini akibat pendangkalan yang mendadak," kata Andi. Kelompok yang sependapat dengan hal ini menyatakan, air hujan membawa sedimen dan akhirnya banyak terendap di pinggir pantai.
"Ditambah pasang surut bulanan saat bulan mati. Karena kelerengan sudut dasar lautnya sangat kecil menyebabkan surut menjorok ke laut sampai 1 km. Walaupun secara vertikal, sebenarnya hanya susut satu-dua meter saja," katanya.
Pendapat ketiga menyatakan, fenomena ini harus dilihat apakah ini terjadi hanya di lokasi ini saja atau di banyak tempat. Kalau terjadinya skala regional maka bisa diartikan sebagai proses meteorologi. "Artinya air laut turun," kata Andi.
Tapi kalau terjadinya skala lokal, kelompok ini menduga fenomena air laut surut itu terjadi karena ada proses pengangkatan tektonik yang disebabkan oleh pergerakan patahan yang aseismik. "Atau tidak mengeluarkan gelombang gempa karena gerakannya relatif perlahan," jelas Andi.
Agar tidak membuat publik bingung, Andi meminta agar kepada instansi terkait meneliti fenomena itu. Antara lain: Pemda Banten bersama BMKG, Badan Geologi dan bekerja sama dengan para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), GREAT Institut Teknologi Bandung, Bakosurtanal, Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Indonesia Maritime Institute (IMI), Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI).
"Sehingga masyarakat bisa mendapat informasi yang akurat. Persoalan ini sudah kami laporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," katanya. (eh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar