Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews
Jakarta - Hanya dalam tiga pekan publik disuguhi
suasana sidang paripurna dewan yang berujung pada kericuhan seperti
penetapan UU Pilkada, pemilihan pimpinan DPR, hingga pemilihan pimpinan
MPR. Sosiolog politik UGM Arie Sujito menilai hal itu semakin
memperburuk citra wakil rakyat.
"Kecenderungan semacam ini tidak melahirkan simpati
rakyat pada wakilnya, justru sebaliknya masyarakat kian sinis. Mereka
ditonton secara langsung bagaimana tindakan yang tidak mencerminkan
sebagai pemegang mandat rakyat," tutur Arie kepada detikcom, Kamis
(9/10/2014).
Padahal ketika kampanye mereka berjanji untuk menjadi
wakil rakyat yang baik. Jika di awal saja mereka sudah menunjukan etika
buruk, maka menurut Arie yang merugi adalah rakyat karena pembangunan
terhambat.
Ketua Umum Ormas Pergerakan Indonesia ini melihat
adanya tarik menarik kekuasaan antara dua kubu di parlemen. Baik Koalisi
Merah Putih (KMP) maupun Koalisi Indonesia Hebat (KIH) saling berebut
hegemoni.
"Seharusnya antar blok harus mengoreksi diri, baik KIH
maupun KMP, agar menahan diri hasrat kuasanya jangan sampai merontokkan
nalar dan etika politiknya. Sudahi pertikaian yang tidak produktif itu
dan jangan biarkan virus itu menjalar ke parlemen daerah," imbuh Arie.
Jika kondisi seperti ini dilanjutkan, maka
ketidakpercayaan publik akan menurun. Lama kelamaan publik menilai
legislatif hanya sekumpulan politiso tidak bermutu.
"Jika ketidakpercayaan pada parlemen menguat maka
dikhawatirkan demokrasi Indonesia Akan goncang dan biayanya mahal.
Mereka baru Saja dipilih rakyat, juga disumpah untuk menjadi wakil
rakyat yang kredibel. Ini ujian Awal yang harus dijawab dan dibuktikan,"
pungkas Deputi Youth Studies Centre UGM tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar