Kairo (ANTARA News) - Kedutaan Besar RI di Sanaa kembali mendesak semua warga negara Indonesia (WNI) untuk meninggalkan Yaman akibat pergolakan bersenjata di negara itu.
"Situasi dan kondisi politik, sosial dan keamanan di Yaman semakin tidak menentu sehingga KBRI mendesak semua WNI untuk segera meninggalkan Yaman," demikian siaran pers KBRI Sanaa yang diterima ANTARA Kairo, Senin.
Sejauh ini, KBRI Sanaa telah melakukan delapan tahap pemulangan sebanyak 253 WNI. Mereka umumnya mahasiswa dan dipulangkan sejak krisis politik melanda negeri paling selatan Jazirah Arab itu dalam empat bulan terakhir.
Pada Sabtu (18/6) KBRI melakukan pemulangan tahap ke VIII sebanyak 30 orang atas kerja sama dengan Direktorat Perlindungan WNI, Badan Hukum Indonesia, serta Sekretariat Jenderal Protokol dan Konsuler Kemlu RI.
Disebutkan saat ini masih terdapat 40 WNI berlindung di KBRI untuk proses pemulangan selanjutnya. Tercatat 111 WNI memilih tetap bertahan di Yaman, namun berpindah tempat dari ibu kota Sanaa ke beberapa kota di provinsi Handramaut yang dianggap lebih aman seperti Mukalla, Seiyun dan Tarim.
Dua pekan lalu, KBRI telah mengimbau semua WNI untuk meninggalkan Yaman menyusul pertempuran hebat di ibu kota Sanaa antara pasukan pemerintah dan oposisi dari kelompok suku bersenjata.
Kondisi keamanan di Yaman memburuk setelah Istana Presiden juga menjadi sasaran serangan bom sehingga melukai Presiden Ali Abdullah Saleh.
Presiden Saleh dan beberapa petinggi negara yang cedera kini masih dirawat di satu rumah sakit kerajaan di negara jirannya, Arab Saudi. (M043/E005/K004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar