Rachmadin Ismail - detikNews
Jakarta - Cerita soal Shandra Woworuntu (36) yang
dijadikan budak seks di Amerika Serikat (AS) bukanlah kasus pertama. Ada
banyak kisah serupa yang menimpa korban dari sejumlah negara, mulai
dari Indonesia hingga negara-negara lainnya.
Dikutip dari situs
survivorofslavery.org, sedikitnya ada 29,8 juta orang di dunia yang
hidup sebagai budak. Istilah budak di era modern ini diperluas, bukan
lagi orang yang diperjualbelikan seperti masa lalu, namun orang yang
hidupnya menderita dan terpaksa melakukan hal yang tak dikehendaki
karena berada di bawah tekanan orang lain.
Dari sejumlah kasus
yang muncul, para korban ada yang dipaksa untuk bekerja tanpa bayaran
hingga jadi budak seks. Mereka tak bisa berbuat apa-apa, bahkan sampai
melarikan diri.
Berikut cerita tentang para korban perbudakan modern yang kini sudah bangkit dan menjadi tokoh inspiratif di AS:
Minh Dang
Kisah tentang Minh pertama kali muncul pada
tahun 2010 dalam program dokumenter MSNBC tentang budak seks di AS.
Kala itu, Minh sudah tiga tahun bebas dari perbudakan seks.
Saat
menjadi budak seks, dia masih berusia 10 tahun. Minh dibawa ke sebuah
rumah bordir di AS oleh orang tuanya sendiri dan ditinggalkan di sana
hingga tiga hari, bahkan seminggu.
Sejak usia tiga tahun, dia
sudah menjadi korban kekerasan dan seksual dari ayahnya sendiri. Namun,
di tengah kondisinya yang menjadi korban tersebut, prestasinya di
sekolah tetap menonjol. Bahkan dia masuk sebagai tim sepakbola sekolah.
Kisah
perbudakan seks terhadap Minh baru berakhir ketika dia masuk
universitas. Dia memutuskan pergi dari rumah dan bertekad melaporkan
orang tuanya ke polisi bila dijadikan budak seks lagi.
Kini, Minh
menjadi aktivis anti perbudakan seks. Dia menjadi pembicara di berbagai
organisasi dan inspirator bagi para korban lain yang senasib dengannya.
Shamere McKenzie
Shamere McKenzie awalnya hanya ingin
mencari uang tambahan untuk membiayai kuliahnya. Namun di tengah jalan,
dia bertemu dengan seorang pelaku perdagangan manusia.
Awalnya
pria itu berlagak seperti orang baik-baik. Dia berjanji akan membantu
McKenzie mendapat uang. Namun ternyata, dia berakhir menjadi budak seks.
Hari-hari
kelam McKenzie pun datang. Selama bertahun-tahun, dia dipaksa menjadi
penyedia jasa layanan seks di jalanan dan kelab striptis. Bila menolak,
dia akan dipukuli secara fisik.
McKenzie bisa bebas dari dunia
hitam setelah polisi menangkap mucikari yang menaunginya. Dari situ, dia
menjelaskan cerita tentang dirinya.
Kini, McKenzie adalah wanita
bebas. Dia juga menjadi aktivis di sebuah organisasi untuk mencegah
perbudakan pada anak bernama Shared Hope International.
Stacy Jewell Lewis
Saat berusia 19 tahun, wanita asal
Washington DC, Stacy Jewell Lewis, pernah menumpang kendaraan yang
dikendarai seorang kakek. Ternyata, kakek itu malah menculik dan
menjualnya pada seorang mucikari.
Selama dua tahun masa
penculikan, Stacy hidup dalam ancaman. Sang penculik siap membunuh Stacy
dan anaknya bila melawan. Dia juga dipaksa melayani pria hidung belang.
Baru
pada usia 21 tahun, Stacy bisa melarikan diri. Kini, dia menjadi
aktivis anti perbudakan seks di AS di sejumlah organisasi seperti Shared
Hope International, The Araminta Freedom Initiative. Bahkan dia
digandeng FBI untuk membantu banyak korban trafficking lainnya.
Shandra Woworuntu
Kisah yang menghebohkan adalah
Shandra Woworuntu (36), yang pernah menjadi korban perdagangan manusia
dan dipaksa menjadi budak seks di Amerika Serikat (AS). Sebelum terjebak
perbudakan di negeri Paman Sam, Shandra sempat memiliki karier
cemerlang di Indonesia.
Shandra mengenyam pendidikan tingginya di
salah satu perguruan tinggi di Indonesia, jurusannya adalah Finance and
Bank Management. Setelah lulus, dia bekerja sebagai financial analyst
di sebuah bank Korea yang ada di tanah air.
Dia disebut sebagai
seorang financial analyst yang brilian dan diprediksi memiliki karier
yang cerah. Selain itu, dia juga aktif sebagai aktivis HAM yang kerap
menyuarakan hak-hak buruh. Namun prediksi kariernya jauh dari kenyataan
yang diterima. Shandra harus kehilangan pekerjaannya, sebagai dampak
dari krisis moneter yang melanda Indonesia di akhir tahun 90-an.
Kenyataan
itu membuatnya harus kembali mencari kerja. Di usianya yang saat itu
masih 25 tahun, dia harus memiliki mata pencaharian yang bisa membuatnya
bertahan hidup dan membesarkan putrinya.
Ada tawaran pekerjaan
tak tetap di sebuah hotel di Chicago. Shandra pun mengajukan lamaran,
mengikuti tes, dan membuat visa. Dia lulus dan berangkat ke Amerika,
meninggalkan putrinya yang masih belia.
Sesampainya di Amerika,
tak lama setelah menjejakkan kaki di Bandara John F Kennedy, New York,
dia sadar mimpi Amerika yang ditawarkan di iklan koran hanyalah bualan.
Alih-alih mimpi indah, malah mimpi buruk yang mendatanginya di Amerika.
Shandra
dijual oleh orang-orang yang memasang iklan di koran. Mereka menjemput
Shandra di bandara, menodongkan pistol, dan menjualnya ke mucikari. Di
malam pertama keberadaannya di Amerika, Shandra telah jatuh ke tangan
seorang mucikari yang memaksanya melayani pria hidung belang di sebuah
hotel di New York.
Cerita selanjutnya, Shandra dijual dari satu
mucikari ke mucikari lainnya. Dia dijadikan budak seks di Amerika.
Hingga suatu hari dia berhasil melarikan diri dan menjadi aktivis anti
perdagangan manusia.
Dia menceritakan kisahnya, menginspirasi
orang-orang di berbagai forum dunia, dengan harapan agar perdagangan
manusia bisa diberantas sepenuhnya dan kisah pilunya tak terjadi kepada
perempuan lain di belahan dunia mana pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar