Rivki - detikNews
Jakarta - Komisi Yudisial (KY) juga keberatan dengan
sapaan 'saudara' kepada Yang Mulia Ketua Mahkamah Agung (MA) Hatta Ali
saat pelantikan anggota MPR, DPR dan DPD kemarin. Sebagai penjaga
martabat hakim, KY menyarankan protokoler di DPR diatur kembali supaya
lebih tertib.
"Ke depan sebaiknya disesuaikan seperti dunia internasional, kalau di luar negeri kan Ketua MA disebut 'Lord', 'Majesty' dan
lain-lain. Sebaiknya disamakan saja," ujar komisioner KY,
Taufiqurrahman Syahuri, saat berbincang dengan detikcom, Kamis
(2/10/2014).
Taufik mengatakan, di Indonesia memang tidak ada UU
atau peraturan yang mengharuskan hal seperti. KY sendiri tidak akan
mempermasalahkan hal tersebut lebih lanjut karena budaya Indonesia
berbeda dengan budaya di Eropa dan Amerika.
"Kalau di Eropa itu
kan adat dan etiknya kuat dan sebutan-sebutan seperti bila salah ucap
bisa menjadi masalah panjang di sana. Kalau di sini kan tidak," ujarnya.
Untuk
itulah, KY yang dibentuk oleh UUD 1945 meminta supaya protokol acara
kenegaraan mengikuti standarisasi protokoler internasional. Menurutnya
hal itu harus dibiasakan.
"Memang ini tidak bisa disalahkan atau dianggap lumrah. Sebaiknya persepsi kita yang harus disamakan," pungkas Taufiq.
Keberatan
juga dilontarkan Ketua Ikatan Hakim Indonesia (Ikahi) cabang MA, hakim
agung Prof Dr Gayus Lumbuun. Sapaan 'saudara' dalam acara kenegaraan
untuk Ketua MA dinilai tidak etis dan tidak pantas.
"Seharusnya Beliau dipanggil Yang Mulia karena peran Beliau adalah
fungsional. Beliau lah yang melantik anggota DPR. Beda dengan presiden
yang hanya undangan," ujar Gayus Lumbuun.
Di berbagai tradisi
ketatanegaraan di berbagai belahan dunia, penyebutan sapaan untuk Ketua
MA lazim digunakan. Di Amerika Serikat dan Australia, Ketua MA setempat
selalu dipanggil The Honorable. Di Inggris, Ketua MA setempat dipanggil The Lord. Sedangkan di Prancis disapa 'Premiere President'. Di beberapa negara lain ada yang memanggilnya dengan Your Highness.
Di
luar yudikatif, soal panggilan ini menjadi perdebatan kenegaraan yang
selalu muncul sejak jaman dahulu kala. Saat Amerika Serikat (AS)
merdeka, Kongres berdebat tentang panggilan apa yang akan digunakan saat
memanggil presidennya. Adapun Di Indonesia, Presiden Soekarno sempat
memberikan gelar kepada dirinya Pemimpin Besar Revolusi. Adapun di
Inggris, saat ini pemimpin Kerajaan Inggris Raya biasa dipanggil Your Majesty.
Dalam tradisi akademik, seorang guru besar sebelum disebut profesor juga diawali dengan sapaan Yang Maha Terpelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar