Laporan: Widya Victoria
RMOL. Selama sepekan, Tim Emergency Aksi Cepat Tanggap (ACT)
telah mendistribusikan sekitar 100 ribu liter air bersih untuk wilayah
bencana kekeringan seperti Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung dan
Kabupaten Purbalingga.
Sekitar 2.795 kepala keluarga mendapatkan air bersih yang layak untuk diminum.
Hal itu dikemukakan leader Tim Emergency ACT untuk Bencana Kekeringan, Kusmayadi.
Kusmayadi
menjelaskan, sejumlah wilayah kekeringan banyak terjadi di Bekasi
seperti Desa Sukamanah, Ridomanah, Sinarjati, Ridogalih. Di Kabupaten
Bandung, kekeringan memaksa warga Desa Bojong Manggu mencari air bersih
sampai ke wilayah luar desanya. Sementara di Desa Kutabawa, Purbalingga,
selain warganya berada dalam zona tak aman dari erupsi Gunung Slamet,
juga air tanah yang juga menghilang karena kemarau.
"Kami
berharap dengan pengiriman melalui truk tanki air ke desa-desa tersebut,
dan rata-rata warga mendapat 35 liter lebih air yang layak konsumsi,
bisa membantu meringankan beban pemenuhan kebutuhan air minum untuk 3-4
hari ke depan," ujar Kusmayadi seperti dilansir siaran pers ACT, Jumat
(26/9).
Kusmayadi menegaskan aksi emergency 'Alirkan Bahagia ACT'
masih akan berlangsung, jika memang sampai bulan Oktober, kemarau belum
memperlihatkan tanda-tanda berakhir.
Berkaca dari pengalaman di
lapangan, lanjut Kusmayadi, kebutuhan warga yang terdampak kekeringan
atas air bersih ternyata sangat tinggi. Ini karena banyak sumur
mengering, sejumlah sungai yang airnya menghilang, kalau pun ada kotor
tak layak untuk diminum walau direbus terlebih dahulu, karena tinggal
air genangan serta terkontaminasi sampah-sampah plastik dan juga bahan
kimia berbahaya.
"Warga di desa-desa memang banyak yang
mengandalkan air tanah, tidak berlangganan air PDAM. Bisa dibayangkan,
jika sumber-sumber air, seperti sumur, sungai, dan sebagainya menghilang
karena kemarau, mereka sangat kesusahan untuk memenuhi kebutuhan minum
mereka," pungkas Kus.[wid]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar