VIVAnews - Abah Anom, sesepuh Pondok Pesantren
Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, dengan nama lengkap KH A
Shohibulwafa Tajul Arifin meninggal dunia sekitar pukul 11.50 WIB.
Selama ini sejumlah petinggi negara pernah sowan dan bersilaturahmi ke
Abah Anom.
Jelang Pemilihan Presiden 2004, calon presiden saat
itu Megawati Soekarnoputri dengan didampingi Ketua Umum Golkar Akbar
Tandjung mendatangi Abah Anom di Tasikmalaya.
Kunjungan Megawati
saat itu bertepatan dengan ulang tahun ke-99 Pondok Pesantren
Suryalaya. Megawati hanya sekitar setengah jam di Tasikmalaya. Megawati
mengungkapkan kekagumannya akan pondok pesantren yang konsisten
memberantas dan mengobati korban narkoba.
Selain Megawati, calon
presiden incumbent Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009 juga pernah
bersilaturahmi ke Abah Anom. Abah Anom memang dikenal sebagai mentor
spiritual sejumlah pejabat negara.
Pada 2009, selain SBY, calon
presiden lainnya yang masih menjabat Wakil Presiden Jusuf Kalla juga
bersowan ke Abah Anom. JK yang masih menjabat Ketua Umum Golkar itu
hadir bersama sejumlah Anggota DPR dari Partai Golkar Daerah Pemilihan
Jawa Barat.
Bahkan, saat silaturahmi JK ke Abah Anom, ada peristiwa kecil terjadi. JK memecahkan gelas dari atas podium tempatnya berpidato. JK yang saat itu berpasangan dengan Wiranto menyenggol gelas dan jatuh seketika.
Abah
Anom meninggal dunia sebelum dzuhur atau sekitar pukul 11.50 WIB di RS
Tasik Medika Citratama Tasikmalaya, Jawa Barat. Abah Anom kelahiran
Suryalaya pada 1 Januari 1915. Usianya 96 tahun.
Abah Anom
merupakan putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok
Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj Juhriyah. Kegemarannya
bermain silat dan kedalaman rasa keagamaannya diperdalam lagi di
Pesantren Citengah, Panjalu, yang dipimpin oleh H Junaedi yang terkenal
sebagai ahli alat, jago silat, dan ahli hikmah.
Setelah menginjak
usia 23 tahun, Abah Anom menikah dengan Euis Siti Ru’yanah. Setelah
menikah, kemudian ia berziarah ke Tanah Suci. Sepulang dari Mekah,
setelah bermukim kurang lebih tujuh bulan (1939), Abah Anom mempunyai
banyak pengetahuan dan pengalaman keagamaan yang mendalam.
Pengetahuan
beliau meliputi tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan tasawuf yang
merupakan inti ilmu agama. Oleh Karena itu, tidak heran jika beliau
fasih berbahasa Arab dan lancar berpidato, baik dalam bahasa Indonesia
maupun bahasa Sunda, sehingga pendengar menerimanya di lubuk hati yang
paling dalam. (eh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar