Jakarta (ANTARA
News) - Mantan Wakil Presiden Try Sutrisno meminta kasus kericuhan di
Ambon, Maluku untuk tidak dibesar-besarkan karena akan berpotensi
menimbulkan perpecahan yang lebih besar.
"Jangan sampai masalah
ini di "blow up", ditunggangi, apalagi diprovokasi sehingga menjadi
perpecahan yang besar. Apalagi kalau sampai menyangkut suku dan agama,"
kata Try Sutrisno usai menghadiri diskusi "Indonesia Ke Depan Masih Ada
Harapan" di Forum Komunikasi Purnawirawan dan Polri di Jakarta, Selasa.
Menurut
Try, bangsa Indonesia tak memiliki tradisi perpecahan karena dari dulu
masyarakat Indonesia toleran, saling menghargai, dan saling mencintai.
Oleh karena itu, dirinya menyayangkan sampai terjadi kericuhan di Ambon.
"Berkelahi itu biasa tapi jangan di blow up, jangan mudah diadu," ujarnya.
Try juga meminta media massa untuk tidak memberitakan kericuhan Ambon yang justru memanaskan situasi.
Sementara
itu, mantan Ketua Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia
(APPSI), Sutiyoso mengatakan pemerintah daerah dan aparat kepolisian
yang ada di Ambon (Muspida) perlu menemukan formula yang tepat agar
kasus tersebut tidak terulang kembali.
Ia pun tidak menyangka kericuhan di Ambon kembali terjadi setelah kerusuhan terjadi di Malino pada 1999 lalu.
Menurut
Sutiyoso, aparat kepolisian setempat harus mencari para provokator yang
menyebabkan terjadi kericuhan di Ambon, karena kasus kericuhan yang
terjadi tak jauh dari pelibatan provokator.
"Aparat harus bekerja
keras untuk menemukan para provokator itu dan harus diberikan tindakan
hukum yang berat agar tidak mengulanginya lagi," kata mantan Gubernur
DKI Jakarta itu.
Kericuhan di Ambon itu berawal dari tewasnya seorang tukang ojek yang mengakibatkan timbulnya salah paham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar