Anwar Khumaini - detikNews
Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memastikan akan merombak kabinetnya menjelang dua tahun pemerintahannya, Oktober mendatang. Namun perombakan para menteri bukan karena desakan masyarakat ataupun hasil survei tentang turunnya popularitas sang presiden.
"Pertimbangan melakukan perubahan susunan kabinet tidak datang karena desakan yang datang dari ruang ruang publik. Tidak juga karena survei mengatakan ini atau itu," kata Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringa, saat dihubungi wartawan, Minggu (18/9/2011).
Sebelumnya, hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap pemerintahan Presiden SBY turun tinggal 37,7 persen. Ada sejumlah isu yang menjadi penyebab, termasuk masalah di 8 kementerian yang ikut mempengaruhi.
Daniel menegaskan, reshuffle dilakukan demi akselerasi. "Keperluan untuk melakukan akselerasi perubahan adalah faktor utamanya. Kata kuncinya adalah akselerasi," ujarnya.
Sosiolog dari Universitas Airlangga ini mengatakan, reshuffle yang akan dilakukan bukan hanya menggeser atau menggusur orang.
"Namun juga membawa serta cara pandang baru, komitmen baru, semangat baru, dan orientasi baru," ujarnya. "Semuanya menjadi perlu karena sukses akselerasi ditentukan oleh tindakan cepat dan sigap."
Karenanya, lanjut Daniel, semua jajaran kementerian, lembaga, pemerintah daerah diminta untuk meningkatkan kinerja dan kerja samanya.
"Apa yang dicanangkan dalam 3 tahun ke depan semata untuk bangsa ini, tidak untuk pencitraan atau
legacy sekalipun. Tidak ada yang personal karena semuanya berurusan dengan publik, dengan masa depan republik," ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar