VIVAnews - Hasil survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyatakan kepuasan publik terhadap pemerintah SBY jilid kedua merosot dan hanya mencapai 37,7 persen. Sisanya, sebanyak 44,7 persen publik menyatakan tidak puas.
Kondisi itu, menurut peneliti LSI, Adjie Alfaraby, menjadikan kabinet sebagai beban pemerintah Presiden SBY. Dia menganalisa jika terus berlangsung, sulit bagi pemerintah untuk mendapatkan kepercayaan rakyat.
Namun demikian, Alfaraby menyampaikan hal itu dapat diubah asalkan SBY melakukan perombakan terhadap komposisi menteri. Selain itu, ketegasan SBY menjadi faktor utama keberhasilan reshuffle.
"Bagaimana SBY akan dikenang oleh sejarah, sangat tergantung dari sisa pemerintahannya sekarang ini. Tak ada lagi kompromi bagi SBY jika ingin memiliki legacy yang baik," urai Adjie saat ditemui di Kantor LSI, Rawamangun, Jakarta, Minggu 18 September 2011.
LSI sendiri menyimpulkan reshuffle untuk saat ini merupakan suatu keharusan. Tanpa penyegaran kabinet, prestasi SBY-Boediono tak akan membubung tinggi.
Adjie menuturkan jika reshuffle kabinet dilakukan, presiden harus belajar dari kesalahan dalam rekruitmen sebelumnya. Dia melihat semua menteri bermasalah yang dia sebut - kecuali yang bermasalah dengan kesehatan - adalah menteri yang berasal dari partai politik.
"Presiden harus lebih berhati-hati memilih menteri dari koalisi partainya. Kompetensi dan jam terbang tokoh yang bersangkutan, yang akan dinominasikan sebagai menteri harus sudah terbukti dan teruji," jelasnya.
"Itu adalah kualifikasi yang tak bisa ditawar," tegasnya.
SBY sendiri dipastikan tidak dapat mencalonkan diri sebagai Presiden dalam Pemilu 2014 mendatang. Oleh karenanya, Adjie menyatakan, adalah kesempatan baginya untuk menciptakan reputasi di sisa masa kepemimpinannya.
"Mulailah konsentrasi menciptakan visi pemerintahan baru yaitu berantas korupsi, sejahterakan rakyat, dan lindungi kaum minoritas. Carilah menteri yang sesuai dan punya kapabilitas dengan visi itu," ujar Adjie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar