Indah Mutiara Kami - detikfinance
Jakarta -Jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) baru-baru ini tidak bisa dianggap sepele. Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) meminta pemerintah lebih serius menghadapi
situasi ekonomi terkini.
"Ekonomi kita sedang alami penurunan
dalam beberapa dekade ini kan, sampai (dolar AS terhadap) rupiah Rp
13.000 ini yang harus kita perhatikan dan kita harus serius. Ini lampu
kuning bagi Jokowi (Presiden Joko Widodo)," ujar Wakil Ketua DPR Agus
Hermanto di gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Jumat (19/12/2014).
Meski
menyatakan ekonomi RI dalam 10 tahun terakhir, atau selama masa
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), mengalami
penurunan tapi Agus meminta pemerintah sekarang tidak menyalahkan
pemerintahan masa lalu.
"Tim ekonomi Jokowi sulit hadapi ini, hanya bisa blame.
SBY saja enggak pernah salahkan. Semua presiden pasti kasih yang
terbaik untuk bangsa dan negara," ujar politisi dari Partai Demokrat
ini.
Ia meminta tim ekonomi Jokowi memperkuat diri dalam
menghadapi tantangan. Agus pun menyebut perjalanan rupiah kali ini
berada di titik krisis.
"Kebijakan pemerintah harus dorong agar
rupiah naik. Kalau begini terus kita pada posisi paling sulit. Sekarang
ini sudah bahaya, lampu kuning," tambahnya.
Nilai tukar dolar AS
sempat mendekati Rp 13.000 awal pekan ini. Pasalnya, pelaku pasar sedang
bersiap-siap Federal Open Market Committee yang digelar pada Rabu-Kamis
kemarin.
Penguatan dolar AS tak hanya berhasil menekan rupiah,
tapi juga mata-mata uang di negara dunia lainnya. Rubel Rusia yang
terkena dampak paling parah, jatuh ke titik terendahnya sepanjang masa.
Setelah
ada kepastian The Federal Reserve (The Fed) tidak terburu-buru
menaikkan tingkat suku bunga acuan, nilai tukar dolar AS pun melemah.
Rupiah pun langsung menguat hingga ke kisaran Rp 12.500.
(ang/hds)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar