Jpnn
JAKARTA - Ancaman
teroris Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) kian mengkhawatirkan.
Kemarin (28/12) seorang lelaki yang mengaku anggota ISIS bernama Abu
Jandal Al Indonesi mengunggah video ancaman kepada TNI, Polri, dan
Banser NU. Namun, pihak-pihak yang diancam tidak gentar.
Dalam video berdurasi sekitar empat
menit tersebut, Abu Jandal mengatakan, pesan ini ditujukan untuk
Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Polri, dan Barisan Ansor Serbaguna
(Banser) Nahdatul Ulama.
"Saya mendengar TNI, Polri dan Banser
akan membantu koalisi Amerika untuk memerangi ISIS. Dengan itu, bisa
disegerakan pertemuan kita, antara ISIS dengan TNI, Polri dan Banser,"
ujar lelaki yang memakai pakaian serba hitam itu.
Saat ini, Koalisi Amerika memang sedang
kewalahan. Karena itu, tentu membutuhkan bantuan dari TNI. Sehingga,
ISIS bisa melawan TNI.
"Namun, kalau kalian tidak datang
kemari, kami yang akan datang ke Indonesia. Kita lihat siapa yang paling
sakti," ancam lelaki itu dengan nada kasar.
Bahkan, Abu Jandal mengancam dengan lebih kasar dan tanpa sopan santun.
"Kami akan habisi satu per satu kalian.
Babi-babi seperti kalian tidak akan menang melawan kami," tuturnya dalam
video yang beralamat di https://www.youtube.com/watch" v=Y8EcSOeixRI.
Menanggapi ancaman ISIS yang kian nyata, Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Mayjend Fuad Basya enggan berkomentar.
"Nanti, belum ada petunjuk dari Panglima TNI," ujarnya singkat.
Sementara itu Kadiv Humas Polri Irjen
Ronny F Sompie menjelaskan, pihaknya tidak gentar oleh siapapun,
termasuk ISIS. Sebagai representasi dari negara, Polri akan mencegah
adanya gangguan teror dan ancaman lainnya.
"Kami pasti mengantisipasi ancaman teror," tegasnya.
Saat ini Polri telah mendeteksi adanya
100 warga Indonesia yang tergabung dengan ISIS. Ada yang posisinya di
luar negeri dan ada yang didalam negeri. Khusus untuk anggota ISIS yang
berada di dalam negeri, polisi telah mengawasinya.
"Sudah sejak lama, kami mengikuti mereka dengan target mencegah terjadinya teror," tuturnya.
Data adanya warga Indonesia yang
tergabung dengan ISIS itu terus diupdate. Caranya, bekerjasama dengan
Interpol, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Kementerian Koordinator
Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenkopolhukam).
"Jadi, perkembangannya terus diketahui," jelasnya.
Namun, langkah untuk mengantisipasi
terjadinya teror dari ISIS itu saat ini masih terhambat. Pasalnya, belum
ada aturan yang bisa dijadikan dasar untuk menangkap anggota ISIS.
"Kami hanya bisa bergerak, kalau benar-benar ada rencana meneror," tuturnya.
Kalau anggota ISIS itu hanya mengaku
menjadi anggota kelompok teroris di Timur Tengah itu, maka Polri tidak
bisa berbuat apa-apa.
"Dengan ancaman itu, perbaikan regulasi
tentu semakin urgen. Polri berharap Presiden dan DPR bisa melihat adanya
kekurangan itu," terangnya.
Sementara itu, sebagai satu-satunya
kelompok masyarakat sipil yang ikut diancam, Ketua Umum Gerakan Pemuda
Ansor (GP Ansor) NU Nusron wahid menyatakan kalau sama sekali tak ciut.
"Kami sih cuek saja," kata Nusron saat dihubungi.
Banser adalah satgas yang dimiliki GP Ansor, salah satu organisasi sayap NU.
"Silahkan saja ke Indonesia, usung gagasan khilafah (Islamiyah), niscaya kami tetap tidak akan tinggal diam," tandasnya.
"Silahkan saja ke Indonesia, usung gagasan khilafah (Islamiyah), niscaya kami tetap tidak akan tinggal diam," tandasnya.
Menurut Nusron, gagasan khilafah
Islamiyah tidak boleh berkembang dan diwujudkan. Bukan hanya di bumi
nusantara, tapi juga dunia secara umum. Bagi Ansor dan NU, tegas dia,
konsep khilafah hanya utopia yang tidak ada jaminan dan ujung
kemanfaatannya.
"Tapi, kami tidak akan kirim relawan ke
Syiria (untuk melawan). Buat apa? Mending kirim (relawan) ke daerah
bencana, lebih banyak pahala dan manfaatnya," imbuh tokoh muda yang juga
dipercaya sebagai kepala BNP2TKI itu.
Lebih lanjut, dia juga menyatakan, kalau
ancaman terakhir yang disampaikan ISIS lewat Youtube tersebut menjadi
harus pula menjadi warning bagi semua pihak. Bahwa, Indonesia akan
dijadikan salah satu daerah tujuan mendirikan khilafah.
"Kita jangan sampai kecolongan, meski juga tidak boleh berlebihan," tandasnya.
Yang perlu diintensifkan semua pihak
saat ini, menurut Nusron, adalah makin menggencarkan edukasi dan
penyadaran ke basis-basis masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
Yaitu, tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai sebuah
konsep paling relevan.
Dia menegaskan, bagi Ansor dan NU, NKRI sebagaimana ajaran Islam rahmatan lil "alamin tetap adalah harga mati.
"Tidak bisa ditawar-tawar, kalau untuk
NKRI kita nyatakan perang juga tidak apa-apa, itu kalau mereka berani
mengganggu. Ingat, kemanusiaan adalah segala-galanya," pungkas Nusron. (idr/dyn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar