Rachmadin Ismail - detikNews
Ambon - TNI Angkatan Laut berhasil menangkap 8 kapal
ikan ilegal di perairan Indonesia. Menurut mereka, proses penangkapan
itu tak mudah. Sebab, kapal-kapal itu tergolong besar dan punya
kemampuan melawan. Butuh strategi khusus dalam penanganannya.
Delapan
kapal asing yang ditangkap di Arafura adalah kapal Century 4, Century 7
asal Thailand berbendera Papua Nugini, kapal asing eks China berbendera
Indonesia yakni KM Sino 15, KM Sino 26, KM Sino 36, KM Sino 33 dan KM
Sino 27.
"Arafura itu tantangannya besar. Menangkap delapan itu
sebuah kebanggaan, padahal tim TNI AL hanya ada dua kapal," kata
Danlantamal IX Laksma TNI Arusukmono Indera Cahya saat bertemu dengan
Satgas Illegal Fishing di kantornya, Jumat (19/12/2014).
Arusukmono
pun bercerita soal proses penangkapan. Menurutnya, saat penangkapan
kedelapan kapal itu dibutuhkan strategi penyergapan yang matang. Tidak
bisa datang tiba-tiba ke lokasi tanpa didukung kekuatan yang tepat.
Bilah salah perhitungan, bisa jadi para pencuri ikan itu melawan dan
melukai pihak TNI.
"Mereka juga kecepatannya kencang-kencang, jadi posisinya loncat-loncat," terangnya.
Tim
yang mengejar para pencuri ikan itu berasal dari Gugus Keamanan Laut
dan Gugus Tempur Laut TNI AL. Kapal TNI AL KRI Abdul Halim Perdanakusuma
awalnya mendeteksi sejumlah kapal tengah melakukan pencurian ikan
secara illegal di wilayah perairan Arafura saat berpatroli di perairan
tersebut dua pekan lalu. Kapal itu kemudian melakukan pengejaran dan
menangkap 2 kapal berbendera Papua Nugini pada 7 November dan besoknya
kembali menangkap 6 kapal eks China.
KRI Abdul Halim
Perdanakusuma sempat mengeluarkan tembakan peringatan karena kapal-kapal
pencuri ikan ini mencoba kabur saat dicegat. "Kami hampir ditabrak juga
itu. Sampai penembakan baru mereka berhenti," tutur Arusukmono.
Kadis Hukum Lantamal IX Letkol Laut Imam Subekti menambahkan, usai
penangkapan ada peristiwa menarik. Ada upaya untuk mengelabui petugas
dengan saling tunjuk nakhoda kapal. Sempat ada WNI yang disebut sebagai
nakhoda, padahal dia tak punya kemampuan mengendarai kapal.
"Kita
yakin nakhodanya dari Tiongkok. Kalau WNI lulusan SMK Pelayaran di
Tuban, nggak qualified jadi nakhoda. Ada juga orang Indonesia yang
disebut nakhoda, padahal dia kita tangkap sedang cuci piring. Itu modus
aja, untuk melegalkan dia bisa di sini," cerita Imam.
Saat ini
kedelapan kapal tersebut berada di dermaga Lantamal IX. Mereka sedang
menjalani proses penyidikan, namun dua dari delapan kapal bakal segera
ditenggelamkan karena sudah mendapat izin pengadilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar