Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta, Rabu pagi, bergerak melemah sebesar 34 poin menjadi
Rp13.886 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.852 per dolar AS.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta, Rabu
menambahkan bahwa spekulasi mengenai tambahan stimulus oleh Tiongkok
pasca rilis data pertumbuhan ekonominya yang melambat sempat mendorong
sejumlah mata uang di kawasan Asia bergerak menguat, namun kemudian
meredup setelah muncul kekhawatiran soal turunnya harga minyak mentah
dunia.
"Potensi penurunan yang berkelanjutan pada harga minyak kembali
membuat investor di pasar keuangan khawatir terhadap laju ekonomi
global," katanya.
Ia menambahkan bahwa investor juga cenderung menahan transaksinya
di pasar mata uang negara berkembang seraya menanti data inflasi Amerika
Serikat untuk melihat prospek kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS
(Fed fund rate) pada tahun ini.
Pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Rully Nova
menambahkan bahwa faktor harga minyak mentah dunia yang kembali
mengalami tekanan, kembali menahan laju nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS.
"Pengaruh eksternal terutama harga minyak mentah dunia masih
menjadi sentimen utama bagi mata uang di negara penghasil komoditas,"
katanya.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Rabu (20/1) ini, terpantau
bergerak turun 1,65 persen menjadi 27,99 dolar AS per barel, sementara
minyak mentah jenis Brent Crude melemah 0,49 persen ke level 28,62 dolar
AS per barel.
Kendati demikian, ia mengharapkan bahwa sentimen dari pemerintah
Indonesia yang masih terus mendorong peningkatan investasi melalui
pembangunan infrastruktur, dapat menjaga fundamental ekonomi nasional ke
depan yang akhirnya menjaga stabilitas rupiah secara jangka panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar