Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (ANTARA
News) - Keindahan panorama alam perpaduan lembah, gunung, pesisir pantai
dan sawah yang terasering serta keunikan seni budaya yang diwarisi
masyarakat setempat menjadi daya tarik tersendiri bagi daerah tujuan
wisata Pulau Bali.
Meskipun Bali sebuah pulau kecil yang luasnya hanya 0,29 persen
dari luas Nusantara ( 5.632,86 km2), namun memiliki semua unsur lengkap
di dalamnya, mulai dari empat buah danau, ratusan sungai, gunung dan
kawasan hutan yang membentang di pesisir utara dari barat ke timur.
Wisatawan mancanegara yang berulang kali menghabiskan liburan di
Pulau "Seribu Pura" tidak pernah merasa bosan dan jenuh, karena selalu
menemukan suasana baru serta atraksi yang unik dan menarik untuk
dinikmati.
Bali memang tiada hari tanpa alunan suara gamelan mengiringi olah
gerak tari, sehingga menjadi denyut nadi. Puspa ragam ekspresi seni tari
itu tersaji dalam ritual keagamaan, tampil dalam upacara adat,
peristiwa sosial sekuler maupun sebagai tontonan wisatawan.
Menari bukan hanya dilakoni remaja putri dan pemuda yang tampan,
namun melibatkan masyarakat Bali dari anak-anak, remaja, orang dewasa
hingga orang tua menari dalam ritual keagaan umat Hindu.
Menari adalah kesukacitaan yang mengasyikkan sebagai sebuah
persembahan sekaligus ekspresi estetik pada ritual keagamaan yang
digelar di masing-masing tiga pura dalam satu desa adat setiap enam
bulan sekali.
Di Bali sendiri terdapat sekitar 1.400 desa adat, dan masing-masing
desa adat itu memiliki tiga buah pura (Pura Bale Agung, Puseh dan Pura
Dalam) yang ritualnya (odalan) setiap enam bulan yang umumnya
dimeriahkan dengan menampilkan kesenian.
Kondisi demikian itu didukung masyarakat dan semua pihak di Bali
secara sadar dan penuh tanggung jawab menjaga alam lingkungan, sekaligus
mewujudkan Bali sebagai provinsi bersih dan hijau (Green Province) yang
dicanangkan Gubernur Bali Made Mangku Pastika.
Semua hal itu memberikan nilai lebih sehingga Bali kembali
dinobatkan sebagai daerah tujuan (destinasi) wisata terbaik (Island
Destination Of The Year) dalam ajang China Travel & Meeting Industry
Awards 2013, tutur Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut
Teneng.
Penghargaan tersebut diraih setelah Bali memperoleh nilai tertinggi
dari dewan juri yang beranggotakan para pakar dan pengamat industri
pariwisata di China yang diperkuat dengan hasil "voting online"
masyarakat China melalui website majalah tersebut.
Dalam hasil voting, Bali mengungguli dua kandidat lainnya yakni
Tahiti dan Mauritius. Penghargaan untuk Bali diterima oleh Dubes RI di
Beijing, 4 September 2013.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika memberikan apresiasi atas
penghargaan tersebut dan terima kasih kepada masyarakat China yang
menjatuhkan pilihan kepada Pulau Dewata dalam ajang bergengsi tersebut.
Penghargaan ini dipandang sebagai salah satu wujud pengakuan
masyarakat internasional terhadap Bali yang berhasil mengelola industri
pariwisata dan Meetings, Incentives, Conference and Exhibition (MICE)
kelas dunia.
"Meskipun Bali mendapat pengakuan masyarakat internasional, hal itu
tidak membuat terlena dan berdiam diri, karena tantangan yang dihadapi
ke depan semakin kompleks," harap Ketut Teneng.
Hal itu ditekankan, mengingat destinasi di berbagai negara belahan
dunia terus berlomba dan berbenah untuk menjadi yang terbaik, sehingga
Bali tidak boleh diam dan tetap mampu meraih prestasi yang gemilang itu.
Aman dan Nyaman
Daerah tujuan wisata Pulau Bali yang siap
menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC yang dihadiri sekitar
6.000 delegasi, ribuan wartawan dan 21 kepala negara/pemerintahan
ditekankan untuk terus berbenah diri memperbaiki mutu pariwisata.
Upaya itu dilakukan dengan memelihara dan mempertahankan rasa aman,
nyaman, sopan santun serta pelestarian adat dan budaya sehingga tetap
tampil terdepan di kancah internasional.
Bali yang menerapkan sistem keamanan berstandar internasional itu
didukung dengan adanya penerbangan langsung dari kota-kota besar di
mancanegara dengan harapan kunjungan turis di Bali semakin banyak.
Pantai Kuta, Pantai Sanur, perkampungan seniman Ubud, kawasan
perhotelan elit Nusa Dua, serta potensi kerajinan tangan, gerak tabuh
dan tari Bali, serta karya lukisan yang begitu indah menjadikan Bali
cepat populer dibanding provinsi lain yang jauh lebih tua.
Dikenalnya Bali secara meluas di dunia internasional itu tidak
semudah "membalikkan telapak tangan" namun memerlukan kerja keras dan
dukungan semua pihak dalam jangka waktu yang lama.
Orang-orang asing antara lain Miguel Covarrubias, seorang penulis,
pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko pada tahun 1930 atau 82 tahun
yang silam sempat menetap di Bali dan menulis buku berjudul "Island of
Bali".
Seniman mancanegara sebenarnya sejak lama telah mengenal dan menetap
di Bali seperti Andrien Jean Le Mayeur, seniman asal Belgia yang
akhirnya mempersunting seorang wanita Bali.
Demikian pula Walter Spies (alm) warga negara Jerman, Antonio Blanco
(alm) asal Spanyol, Arie Smith, warga negara Belanda dan banyak lagi
sederetan nama seniman asing yang pernah menetap di Bali, khususnya di
perkampungan seniman Ubud untuk menghasilkan karya-karya seni yang
bermutu.
"Citra baik tentang Bali yang telah diperkenalkan itu, tetap
ditindaklanjuti dengan mengirim misi kesenian dan promosi pariwisata ke
berbagai negara di belahan dunia, sehingga wisatawan yang berkunjung ke
Bali jumlahnya terus meningkat," tutur Ketut Teneng, pria kelahiran
Buleleng yang lebih dari tiga dasa warsa mengabdikan diri di berbagai
instansi pemerintah.
Bali menerima kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 2,94 juta
orang selama tahun 2012, meningkat 4,34 persen dibanding tahun
sebelumnya yang tercatat 2,82 juta orang dan tahun 2013 ini sudah
mendekati dua juta orang.
Kunjungan turis itu melampaui sasaran dari yang ditetapkan Dinas Pariwisata setempat sebanyak 2,7 juta orang.
Tidak perlu tambah hotel
Kepala Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Gede Suarsa MSi menjelaskan,
meskipun target wisman yang ditetapkan meningkat, Bali tidak perlu
menambah atau membangun fasilitas pariwisata berupa kamar hotel
berbintang.
Hal itu karena fasilitas yang ada masih memungkinkan untuk
menampung peningkatkan kunjungan wisman, mengingat tingkat penghunian
kamar (TPK) hotel berbintang di Bali selama 2012 itu rata-rata 66 persen
atau meningkat dari tahun sebelumnya yang tercatat 60,8 persen.
Fasilitas kamar hotel berbintang, khususnya di wilayah Kabupaten dan
Denpasar selama ini dinilai cukup memadai tidak perlu ditambah. Namun
tiga kabupaten yang selama ini belum memiliki fasilitas hotel berbintang
sangat memungkinkan.
Ketiga daerah itu meliputi kabupaten Jembrana, Bali barat, Klungkung
dan Kabupaten Bangli, mengingat wisatawan ingin menikmati suasana baru
dalam berliburan ke Bali. Demikian pula daerah-daerah lain seperti
Kabupaten Tabanan, Gianyar, Buleleng dan Karangasem masih sangat
memungkinkan untuk menambah kamar hotel berbintang.
Bali jika bercermin dari hasil penelitian dan pengkajian SCETO,
konsultan pariwisata dari Prancis tahun 1975, menurut Kepala Badan
Penjamin Mutu Universitas Udayana (BPMU) Prof Dr Ir Wayan Windia, MS di
Pulau Dewata maksimal dibangun 24.000 kamar hotel berbintang untuk
menjaga daya dukung Bali.
Namun kenyataannya di Bali kini telah dibangun 55.000 kamar hotel
berbintang atau dua kali lipat daya dukung Bali, sehingga Bali sudah
saatnya melakukan moratorium terhadap pembangunan fisik terkait
kepentingan pariwisata, ujar Prof Windia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar