TEMPO.CO, Jakarta-
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott menyampaikan permintaan maaf
karena pernah melontarkan kebijakan ekspor daging sapi yang menyebabkan
kondisi pangan Indonesia sulit. Ia berjanji dalam masa kepemimpinannya,
Australia tak akan mengeluarkan kebijakan serupa yang menyebabkan
situasi sulit di Indonesia.
"Ada kesalahan di masa lalu di keamanan pangan. Tidak akan pernah lagi kita mengambil kebijakan yang membahayakan keamanan pangan Indonesia," kata Abbott dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Senin, 30 September 2013.
Hal ini didasarkan pada kebijakan yang diambil pemerintahan Partai Buruh pada 2011 yang menghentikan ekspor daging sapi ke Indonesia. Kebijakan ini kemudian berdampak pada buruknya relasi dagang kedua negara. Selain itu, peternak sapi di Australia juga mengalami masalah karena kesulitan menjual.
"Ini bukti keinginan Australia untuk membangun, menciptakan, dan menguatkan kerja sama di bidang ekonomi," kata dia.
Kerja sama ini juga ditegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena Australia adalah negara investor terbesar kesembilan yang nilai investasinya lebih dari US$ 700 juta pada 2012. Australia memiliki lonjakan investasi besar mencapai 700 persen karena pada 2011 hanya US$ 100 juta.
SBY juga menyatakan, nilai perdagangan antar dua negara mencapai US$ 10 miliar. Pemerintah akan berupaya untuk mencapat target mencapai nilai perdagangan mencapai US$ 15 miliar.
"Kami menyadari ekonomi dunia sekarang memilki gejolak baru, tekanan baru, dan perlambatan pertumbuhan. Menghadapi ini, solusinya kolaborasi dan kerja sama baik negara maju dan emerging," kata SBY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar