Prins David Saut - detikNews
Jakarta - Sekitar 50 dokter dari Dokter Indonesia
Bersatu (DIB) menggelar aksi demonstrasi di depan Istana Merdeka,
Jakarta Pusat. Tidak seperti buruh di Jabodetabek yang berdemo dengan
bus pariwisata, para dokter ini berdemo dengan menumpang Metromini.
Para
dokter pelosok di Indonesia ini berdemo dengan menumpang naik dua
Metromini 47 jurusan Pondok Kopi-Senen dan satu mobil ambulans.
Kendaraan mereka diparkir di sisi barat daya Monas.
Para dokter
yang terdiri dari dokter profesi, dokter umum, dan dokter magang ini
menuntut perhatian pemerintah pada dokter-dokter di pelosok Indonesia.
"Ribuan teman kami masih sengsara di ujung negeri ini," ujar dokter Agung, juru bicara DIB.
Dalam
aksi damai ini, mereka mengenakan jas putih kebesaran mereka. Tidak
lupa alat-alat seperti alat oksigen dan infus mereka bawa. Ada juga
pasien 'pura-pura sakit' dengan tempat tidurnya ikut beraksi.
Para
dokter juga membentangkan spanduk sekitar 20 meter. Isi spanduk antara
lain 'Stop Politisasi Kesehatan', 'Stop Kriminalisasi Dokter',
'Pendidikan Kedokteran yang Terjangkau Untuk Rakyat', 'Merevisi UU
Kedokteran tentang Dokter Layanan Primer', dan 'Anggaran Kesehatan 5
Persen dari APBN.
Usai berorasi, para dokter beristirahat.
Sebagian ada yang berfoto-foto dengan latar belakang Istana Merdeka.
Sebagian lagi mencicipi jajanan kaki lima yang dari awal menyaksikan
aksi mereka. Setelah beristirahat, rencananya mereka akan melanjutkan
aksinya ke Gedung DPR, Senayan, Jakarta
Akibat aksi ini, lalu lintas padat dari arah Lapangan Banteng menuju Harmoni.
Sedangkan dalam website DIB, komunitas ini menulis alasan mereka berjuang, berikut sedikit kutipannya:
Tahun ini pemerintah memperkirakan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia naik menjadi Rp 9.270 triliun. Sumber : APBN 2013
Namun
pemerintah hanya menganggarkan Rp 55,9 triliun untuk pembiayaan
kesehatan. Ini artinya pemerintah hanya menganggarkan 0.6% dari PDB
Indonesia. World Health Organization (WHO) merekomendasikan setiap
negara mengalokasikan setidaknya 5% dari PDB untuk kesehatan. Anggaran
Kesehatan yang berada di bawah 1% PDB ini menjadikan Indonesia sebagai
negara yang memiliki Anggaran Kesehatan yang terendah di dunia.
Akibat
luar biasa rendahnya anggaran kesehatan Indonesia, wajar bila fasilitas
pelayanan kesehatan Indonesia serba kekurangan. Wajar bila berbagai
permasalahan kesehatan di Indonesia tidak kunjung tuntas. Wajar bila
dokter yang bekerja di Rumah Sakit atau Puskesmas selalu kewalahan
mengobati warga yang sakit. Wajar bila berbagai target-target
pembangunan kesehatan di Indonesia selama ini selalu gagal. Wajar bila
akibat itu semua timbul beragam permasalahan di lapangan, dan Dokter
Indonesia kembali dijadikan kambing hitam akibat buruknya kebijakan
pemerintah di bidang kesehatan.
Pemerintah Indonesia saat ini
selalu mengagungkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi, namun
ketidakpedulian pemerintah terhadap kesehatan bangsa ini telah
mengakibatkan berbagai permasalahan kesehatan tumbuh subur dan
berkembang tanpa kendali di Indonesia. Jutaan masyarakat Indonesia saat
ini tidak memiliki akses memadai terhadap pelayanan kesehatan yang baik.
Pada akhirnya mereka akan menjadi statistik tingginya kematian akibat
beragam penyakit di Indonesia.
Bangsa yang maju adalah bangsa
yang sehat. Bangsa yang sehat dapat berpikir menggunakan akal sehatnya
dan menjadikan kesehatan sebagai salah satu prioritas penting
pembangunan. Saatnya kita merubah Pelayanan Kesehatan di Indonesia
melalui Reformasi Kesehatan yang Berkeadilan . Demi masa depan Indonesia
yang lebih sehat, saatnya anggaran kesehatan dinaikkan sesuai amanat
undang-undang yaitu minimal 5% APBN dan Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) terselenggara dengan anggaran yang cukup sesuai dengan
perhitungan Ikatan Dokter Indonesia tahun 2012 dimana besaran premi
(PBI) yang pantas sesuai nilai keekonomian adalah sebesar Rp.
60.000/orang yang terdiri dari kapitasi layanan primer sebesar Rp.
20.000/orang sisanya untuk menunjang pelayanan sekunder-tersier (besaran
INACBG yang pantas sesuai dengan nilai keekonomian).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar