VIVAnews - Kemelut shutdown,
penghentian sementara operasional pemerintah Amerika Serikat, masih
terus mendera negara adidaya tersebut seiring belum mufakatnya DPR dan
Senat soal penetapan anggaran setahun ke depan. Selain ratusan ribu
pegawai yang dirumahkan, shutdown juga berimbas pada strategi politik luar negeri yang dicanangkan Presiden Barack Obama.
Masih
mandeknya kesepakatan DPR yang dikuasai Partai Republik dan Senat yang
dikuasai Partai Demokrat masih berlanjut pada pertemuan Rabu waktu
setempat, 2 Oktober 2013. Diberitakan The Wall Street Journal, pertemuan antara Presiden Obama dan para pemimpin kongres itu tidak juga membuahkan hasil.
Ketua
DPR John Boehner, Republikan, mengatakan partainya tetap menginginkan
perubahan UU kesehatan atau yang dikenal dengan Obamacare. Sementara
Demokrat di Senat dan Obama menginginkan agar Obamacare tetap
diberlakukan.
Selain merugikan AS secara ekonomi, shutdown
juga membuat beberapa rencana kunjungan Obama kandas. Gedung Putih
mengumumkan bahwa Presiden telah membatalkan kunjungannya ke Filipina
dan Malaysia dalam rangkaian lawatan pekan depan. Di dua negara ini
Obama akan digantikan oleh Menteri Luar Negeri John Kerry.
Disampaikan
juga, kendati Malaysia dan Filipina batal dikunjungi, namun Obama tetap
akan datang ke forum APEC di Bali, Indonesia dan Konferensi Asia Timur
(East Asia Summit/EAS) di Brunei.
"Karena shutdown
pada pemerintahan, kunjungan Presiden ke Malaysia dan Filipina ditunda.
Secara logistik, tidak mungkin melakukan kunjungan ini di saat shutdown.
Karena kunjungan kedua negara ini ada di akhir lawatan Obama, maka
personel kami belum ada yang diberangkatkan ke negara itu," ujar
pernyataan Gedung Putih.
Padahal,
kunjungan Obama ke Malaysia akan menjadi lawatan presiden AS yang
pertama sejak kedatangan Presiden Lyndon B. Johnson tahun 1966 lampau.
Obama juga pernah membatalkan lawatannya ke negara Asia pada 2010, yang
pertama karena tengah memperjuangkan Obamacare, dan kedua karena
tumpahan minyak di Teluk Meksiko.
Rangkaian
kunjungan Obama akan berlangsung selama 6-12 Oktober mendatang.
Urutannya, Indonesia, Brunei, Malaysia, lalu Filipina. Di Malaysia,
Obama rencananya akan bertemu Perdana Menteri Najib Razak dan pidato di
Global Entrepreneurship Summit. Di Filipina, dia dijadwalkan akan
bertemu dengan Presiden Aquino untuk meningkatkan kerja sama ekonomi,
people-to-people, dan pertahanan.
Batalnya
kunjungan Obama ke Malaysia dan Filipina telah dikonfirmasi oleh
pemerintah kedua negara. Dalam percakapan telepon Obama dengan pemimpin
Malaysia dan Filipina, dia berharap akan segera mengunjungi dua negara
itu selama dia masih menjabat.
Gedung
Putih mengonfirmasikan Obama tetap menghadiri APEC di Bali dan EAS di
Brunei. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI
Wardana dalam konferensi persi di Bali.
"Sampai
kemarin tidak ada pernyataan yang saya terima dan menyebut tidak ke
Bali. Tapi masih belum ada tanggal pasti. Jadwal masih terus berkembang,
karena acara [yang akan dia hadiri] berlangsung antara tanggal 5 hingga
7 Oktober 2013," papar Wardana.
Tahun
lalu, Obama tidak menghadiri APEC di Vladivostok, Rusia, karena sedang
melakukan kampanye presiden. Bukan Obama saja, mantan Presiden Bill
Clinton bahkan tidak menghadiri dua KTT APEC, yaitu tahun 1995 di Jepang
karena shutdown dan di Malaysia tahun 1998 karena AS sedang berperang
dengan Irak yang saat itu dipimpin Saddam Husein.
Di
Indonesia, Obama yang akan berangkat dari Washington pada Sabtu malam
akan menghadiri berbagai pertemuan APEC kali ini yang bertema “Resilient
Asia-Pacific, Engine of Global Growth”. Obama dijadwalkan akan
melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
membicarakan kerja sama kedua negara.
Selain
itu, dia akan bertemu dengan para kepala negara anggota APEC untuk
menjalin kerja sama dagang dalam kerangka Kemitraan Trans-Pasifik (TPP).
Kerja
sama ini menjadi salah satu prioritas Obama yang ingin meningkatkan
ekspor Amerika Serikat ke negara-negara Pasifik. Setelah itu, Obama akan
bertolak ke Brunei untuk menghadiri AS-ASEAN Summit dan EAS, serta
melakukan pertemuan dengan Sultan Brunei yang sempat datang ke Gedung
Putih Maret lalu.
"Asia
sangat dinamis, pusat pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dan banyak
presiden dunia yang mentargetkan pertumbuhan ekonomi, seperti
meningkatkan ekspor, harus bergantung dan menjalin hubungan baik dengan
Asia," kata Homi Kharas, peneliti senior dari Brookings Institution.
Pentingnya APEC Bagi Obama
Dalam
KTT APEC nanti, 21 negara anggota akan membulatkan komitmen mereka pada
Bogor Goals, yang diadaptasi pada pertemuan di Bogor tahun 1994. Dalam
Bogor Goals, negara anggota APEC sepakat untuk menggelar perdagangan dan
investasi yang terbuka dan bebas di Asia Pasifik pada tahun 2010 untuk
ekonomi industri dan 2020 untuk ekonomi berkembang.
Rangkaian
KTT APEC juga akan diisi berbagai pertemuan untuk mewujudkan
liberalisasi perdagangan, termasuk di antaranya adalah dialog TPP dan
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional, atau skema perdagangan bebas,
termasuk Asia Tenggara.
Anggota
APEC juga akan memperkuat ekonomi di antara negara anggota dengan
meningkatkan infrastruktur, seperti jalanan dan pelabuhan, serta
melonggarkan regulasi dan prosedur perdagangan. Ke-21 anggota APEC
mencakup hampir 50 persen dari perdagangan global.
Selain agenda di atas, APEC juga penting bagi Obama dan hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara Asia. Business Week mencatat beberapa hal yang membuat APEC penting dan tidak bisa dilewatkan oleh Obama.
Pertama,
Obama bisa mendesak secara langsung negara-negara APEC dalam forum TPP
untuk menghilangkan hambatan dalam kerja sama dagang dengan Amerika.
Jika disepakati, TPP akan menjadi kesepakatan dagang terbesar dalam
sejarah Amerika Serikat. Selain itu, AS butuh kesepatan ini untuk
menandingi kerja sama dagang Asia dengan China.
Kedua,
Obama bisa melobi negara-negara Asia untuk menghilangkan proteksionisme
yang membatasi masuknya barang impor, terutama dari Amerika. Salah
satunya yang bisa disasar Obama adalah Indonesia dan Filipina. Anggota
parlemen di dua negara ini diketahui kerap menggulirkan rencana
membatasi atau bahkan melarang investasi asing yang merugikan AS.
Ketiga,
Obama bisa melakukan pertemuan empat mata dengan para pemimpin Asia,
yang sudah dikonfirmasi adalah Indonesia, Malaysia dan Filipina. Dengan
Indonesia, Obama tidak hanya bisa memuji kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono yang stabil dalam dua periode, tapi juga bisa bertemu
dengan para pemimpin muda dari berbagai wilayah Indonesia, tidak hanya
Jakarta.
Keempat, Obama bisa mempromosikan Demokrasi di berbagai negara Asia yang masih kerap terjadi benturan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar